Rumah dan Singgah
Agustus 02, 2019Saat menjejak untuk pertama kalinya, aku merasa pulang. Perasaanku tertambat dan seolah aku bisa menghabiskan sisa hidupku di tempat itu. Namun segala harap dan keinginan sirna. Tempat yang sempat aku kira itu adalah rumah, ternyata hanya tempat singgah. Sementara dan hanya sekejap. Meski telah banyak memori yang terukir semuanya sirna oleh badai luka yang menghantamku secara tiba tiba. Tanpa ada pertanda. Mungkin saja pertanda itu telah ada. Tapi aku terlalu buta untuk melihat. Aku tuli untuk mendengar. Dan terlalu bodoh untuk memahami bahasaNya. Bahwa luka kecil yang selama ini aku tunda untuk menyembuhkannya suatu saat tiba waktunya aku menderita diserang sakit yang teramat sangat. Pada akhirnya, luka itu sendiri yang menyebabkan aku sembuh. Luka yang menganga perih itu yang membuatku kebas tak lagi merasakan apapun.
Kini aku menyadari. Bahwa bukankah sudah umum jika kita merasa nyaman saat singgah sejenak sebab mungkin kita lelah. Atau kita memang menyukai tempat itu saat pertama kali karena hal hal menariknya. Tapi bukan berarti kita dapat tinggal selamanya disana. Jika hidup ini adalah sebuah perjalanan, tempat tempat yang kita temui adalah persinggahan sementara. Rumah tetaplah rumah yang disana. Tempat yang telah menjadi saksi kedatangan kita tuk pertama kali. Mendengar tangisan pertama kita. Menatap telapak kaki kita yang menjejak bumi tuk kali pertama. Tempat yang tak pernah berkhianat. Tempat yang akan selalu ikhlas menerima kepulangan kita meski berpeluh, keluh kesah, wajah kusut dan makian sekalipun. Rumah tak pernah pergi kemana mana. Ia ada untuk kita dengan keindahannya, keluguannya, dengan hal hal yang kadang dituduh membosankan oleh aku, kau, mereka, kita.
Ada suatu rahasia yang kini perlahan aku mengerti dan pahami. Bahwa sejauh apapun aku melangkah dan pernah singgah dimanapun, aku seperti terikat oleh sebuah tali yang tak kasat. Tali itu selalu menarikku kembali. Menuntunku pulang. Selalu saja dahan dan daun pohon di belakang rumah berbisik dengan bahasa mereka,
pulanglah, tempatmu disini. Ini rumahmu.
0 Comments