Kapan Datangnya Pagi?

Agustus 26, 2019


fragmen 1
Dalam redup cahaya lampu aku pernah mengulum waktu dan sesekali mengunyahnya. Terus gelisah diantara ingat dan terlupa. Diantara lelap yang datangnya silih berganti dengan kesadaran. Tidurku tak tenang sebab mulutku masih mengunyah waktu. Hei kapan datangnya pagi? Malam itu sebelum tertidur kakakku menyiapkan buku pelajaran untuk sekolah besok pagi. Saat ia membongkar semua isi tas ia menemukan sebungkus permen karet rasa mint dan memberikannya kepadaku. Meskipun aku telah menggosok gigi, aku hanyalah anak kecil polos yang terlalu bersemangat saat menerima sesuatu dari kakakku. Hal yang jarang ia lakukan. Aku mengunyahnya dan terus mengunyah. Sampai akhirnya aku jatuh tertidur. Ketika aku terjaga karena ingat dimulutku masih ada permen, tapi lampu ruang tengah sudah padam. Aku takut. Lalu aku memilih untuk menikmati ketakutan itu dalam mulutku. Menunggu pagi.
**

fragmen 2
Dini hari. Aku diserang sakit perut. Kandung kemihku telah penuh. Aku ingin sekali buang air kecil. Namun televisi di ruang tengah menyala. Apakah masih ada yang terjaga atau sudah terjaga? Aku berdiri di balik pintu menimbang nimbang haruskah aku keluar kamar atau nanti saja ketika suara kokok ayam pertama?

Kagalauanku terkumpul di urat urat saraf sekitar kemaluan. Sakit tak terkira. Bila saja aku masih kecil mungkin air kencingku sudah keluar dari tadi. Kegalauanku menahannya. Satu, dua. Ah sial. Kapan datangnya terang?!
***

fragmen 3
Jantungku berdegup kencang. Resah. Aku berada di titik terbawah. Tapi aku tak merasa dikuasai oleh energi ambang batas. Ini sekadar halusinasi. Sial. Aku melihatnya. Wujud ketakutan itu seperti gambaran kematian. Mayat. Aku melihatnya. Tapi mengapa mayat itu terbelalak?

Dimana aku... ringan seperti kapas. Sejurus kemudian aku merasa kakiku seperti ditarik. Tanganku terangkat. Lalu aku terjaga. Ku cek ponselku dan mencari berita. Gempa. Gempa... sepertinya ada gempa? Berapa kekuatannya? Nihil. Tidak ketemukan laporan terkini dari BMKG. Tidak ada laporan gempa terekam oleh deteksi gempa. Baiklah ini sudah cukup. Aku butuh sinar mentari pagi yang hangat. Berapa jam lagi menuju pagi?

-oleh Tifanny

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling