Pertemuan dan Awal Cerita Baru
Agustus 08, 2019Hari ahad kemarin saya berkunjung ke kota Magelang demi melepas rindu pada dua orang kawan saya. Ajeng dan Banat. Terkahir bertemu dengan Ajeng beberapa bulan yang lalu, sebelum bulan puasa. Hubungan kami sempat renggang saat memasuki pekan terkahir Ramadhan. Ada sedikit kesalahpahaman tapi syukurlah, kami kembali berkomunikasi dan merencakan sebuah pertemuan. Kali ini Banat harus ikut serta.
Kira kira sudah lebih dari dua tahun saya tidak bertemu dengan Banat, yang kini sedang disibukan dengan aktivitas mengajar. Baik di sekolah maupun di sebuah bimbingan belajar. Beberapa hari sebelum kami bertemu, kami sempat berbincang via Whatsapp dan saya mendapat kabar bahagia. Rupanya ia baru saja dikhitbah. Seorang yang mengkhitbahnya pun sungguh tak terduga. Yakni sahabat baiknya sejak mereka masih duduk di bangku SMP. Saya sempat sekali bertemu dengan lelaki itu. Yakni dua tahun lalu, terakhir perjumpaan saya dengan Banat di acara wisudanya. Alhamdulillah. Saya sangat senang mendengar kabar ini. Sebab selama ini Banat tidak pernah membicarakan hal hal tentang kehidupan asmaranya. Saya pun tak pernah sekalipun melihat ia menjalin hubungan khusus dengan laki laki. Jika ia berinteraksi dengan lawan jenis, itu hanya sebatas dengan teman di UKM, di kelas, atau kegiatan yang ia ikuti.
Pagi pukul 9 saya tiba di halte Menowo. Bus yang mengantarkan saya cukup lengang waktu itu. Sesuai perkiraan, perjalanan membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Saya menunggu Ajeng yang rencananya akan menemui saya terlebih dahulu. Kami berencana untuk mengunjungi toko aksesoris dan toko buku sembari kami menunggu Banat tiba di Magelang. Ehh ya memang Banat tinggal di Magelang, hanya saja ia tinggal di wiliayah Kabupaten.
Saat pertama tiba di halte dan duduk sendiri di bangku, saya merasa canggung. Saya tetap mengenakan masker untuk menghalau debu sekaligus menutupi wajah saya. Sampai akhirnya waktu berlalu hampir satu jam, lambat laun saya mulai bosan dan posisi duduk mulai saya buat senyaman mungkin. Sampai saya menghibur diri dengan berpikiran, sekalian aja nih saya bisa membentangkan tikar dan rebahan disini. Haha.
Tepat satu jam berlalu dan saya melihat seorang perempuan mengendari motor matic mendekat dan tersenyum. Akhirnyaaa Ajeng. Kata kata yang meluncur pertama kali dari mulutnya membuat saya, tercengang dan meski sesama perempuan saya sukses dibuatnya GR. "Tambah cantik aja..." begitu katanya.
Setelah kami berbincang sejenak saya segera mengeluarkan helm dari tas ransel dan duduk di saddle belakang. Tujuan pertama kami, adalah toko aksesoris. Mungkin ini hanya upaya ajeng dan saya untuk membunuh waktu. Sambil memilih tempat kemana kami bertiga akan kumpul. Karena tempat yang kami rencanakan diawal rupanya sudah wasalam. Sebuah kedai yang dulu ketika kami bertiga masih kuliah, terkenal di kalangan mahasiswa.
Kami berkutat di rak bagian aksesoris hijab. Ajeng sibuk memilih sebuah jepit yang belakangan ini sedang trend. Trend jepit untuk hijab ini sebetulnya pernah berjaya di tahun 2000an. Kira kira waktu itu saya masih SD kelas 1 atau 2. Memang trend fashion itu layaknya sebuah roda yang berputar. Atau seperti sebuah siklus.
Tujuan selanjutnya adalah ke toko buku. Saya sudah betekad bahwa untuk bulan ini saya harus hemat. Pengeluaran harus ditekan. Belanja buku harus dikurangi. Lagi pula, ada buku yang sudah saya nantikan sejak awal saya membaca buku bagian pertamanya. Yup. Apa lagi kalau bukan sekuel buku momorialnya Bung Fiersa yang kabarnya akan rilis bulan Agustus. Kemungkinan besar, pre ordernya juga akan dibuka bulan ini kan? Tapak Jejak sudah bertengger manis di daftar buku yang harus saya miliki. Hehe. Namun saya hanya orang lemah yang bila sudah dengar kata buku, toko buku, iman saya goyah. Haduh. Jadilah saya teringat pada buku karangan mbak Okky yang baru saja terbit. Seri novel anak yang bercerita tentang petualangan seorang gadis yang bernama Matara. Buku ketiga ini berjudul Mata dan Manusia Laut. Saya suka dengan seri novel anak ini. Meski saya bukan lagi anak anak, tapi saya sangat antusias mengikuti petualangan Matara menjelajah Nusantara. Dan yah... saya menemukan buku tersebut dan tanpa pikir panjang saya langsung ambil dan dekap erat. Baru saya berkeliling melihat lihat berbagai macam buku. Yang meskipun mereka menarik saya tidak bisa meminang mereka juga. Padahal waktu itu ada buku karya Eyang Sapardi yang juga sudah saya simpan di benak. Tapi harus saya tunda dulu untuk dapat memilikinya :'
Puas berkeliling kami menuju tempat berikutnya. Hanya untuk memastikan lagi. Apa betul kedai yang hendak kami kunjungi ini sudah gulung tikar. Ternyata memang benar. Sekarang tempat tersebut menjadi sebuah salon dan tempat persewaan berbagai macam kebutuhan pernikahan seperti baju pengantin dan dekorasi. Hmm.
Saya dan Ajeng menuju sebuah mini market tak jauh dari kampus. Saya merasa lapar karena tak sempat melahap apapun sebelum keluar rumah. Saya membeli eskrim kesukaan saya, rasa tape ketan hitam dan onigiri. Dengan sangat tergesa dan tak sabar setelah duduk di bangku yang tersedia di depan mini market, saya membuka bungkus plastik onigiri tanpa melihat tata caranya. Lantas ketika onigiri yang saya makan sudah habis setengah saya mulai kebingungan karena sebagian plastiknya masih membelit bagian dalam onigiri dan bertumpang tindih dengan norinya. Maka semua jadi berantakan. Tapi masa bodoh. Yang penting saya kenyang. Hehe.
Kami terus berbincang dan tetap terkoneksi dengan Banat yang katanya lagi mw OTW. Setelah beberapa menit berlalu saya merasa aneh karena sinyal data di smartphone mendadak hilang. Ah gangguan jaringan! Untung saja jaringan layanan komunikasi yang dipakai Ajeng baik baik saja. Sehingga kami masih dapat memantau Banat.
Tak lama setelah itu Banat datang juga. Saya merasa sangat senang dan ada sedikit kecanggungan karena terlampau lama tidak bertemu dengannya. Kami memutuskan untuk nongkrong di kedai makan yang interiornya cukup menarik.
Boleh dibilang kami agak berlebihan. Selain memesan makanan berat, kami memesan camilan. Haha. Maksudnya supaya kami bisa berbincang santai sembari mengudap makanan. Senang rasanya bertemu mereka dan kami kembali berbagi cerita. Meski sebetulnya Banat tengah dilanda galau. Ia sedang mempersiapkan beberapa berkas untuk keperluan pendaftaran di KUA. haha. Senanganya. Maka ia sesekali mengecek smartphone nya untuk berkomunikasi dengan calon suaminya.
***
Sepulang dari pertemuan itu ada yang terlupa. Banat memesan bubuk kopi Robusta pada saya. Namun karena masih pre order, Banat berniat untuk menitipkan uang terlebih dahulu. Namun syukur alhamdulillah. Saat ia membahas hal itu melalui chat, ia menambah pesanannya. Alhamdulillah, dua kaleng kopi terjual. Kebetulan sore itu kopi sudah tersedia dan langsung saya pack untuk dikirim ke rumah Banat memakai ekspedisi. Saya sangat bersemangat dan menandai pesanan ini menjadi awal bisnis saya yang sempat hiatus. Setahun lalu saya membuat susu kedelai kemasan botol dengan brand yaya soymilk. Yaya soymilk menjadi sister brand dari yaya herbs n snack yang dijalankan kakak saya di Depok. Namum karena kesibukan saya dan pasar sedang sepi, yaya soymilk hiatus. Kemudian kali ini saya memutuskan untuk kembali tapi dengan produk minuman seduh seperti Kopi dan teh herbal. Semua ini berangkat dari ketertarikan saya dengan dua jenis minuman tersebut. Saya suka kopi dan sangat tertarik dengan teh dari bunga bunga yang dikeringkan. Seperti bunga telang, krisan dan chamomile. Karena kini usaha kecil yang fokus pada minuman ini tidak hanya terpusat pada susu kedelai, maka nama yaya soymilk sudah tidak relevan. Untuk itu saya melakukan rebranding dan memilih nama yang lebih umum: Cangkir Pelantur. Tidak ada artian khusus. Hanya memang cangkir identik dengan minuman. Untuk kata Pelantur sendiri, itu menggambarkan saya pribadi. Yang kadang suka melantur. Juga Pelantur adalah sebuah judul lagu kesukaan saya di album Agterplaas The Adams. Yang mana di beberapa bagian liriknya cukup menggambarkan saya.
...Berfilosofi
Dan berteori
Tanpa makna
Tanpa isi
seakan yang paling mengerti
Saat ngobrol dengan teman, khususnya dengan Ajeng saya benar benar menjadi seorang Pelantur yang ulung. Demi menjawab setiap pertanyaan Ajeng yang selalu penasaran dengan berbagai hal, terkadang saya memberikan jawaban yang sok teoritis padahal hanya ngawur dan kami pun tertawa bersama.
Bismillah, semoga apapun yang kami rencanakan, baik saya, Banat, maupun Rahajeng di beri kelancaran dan mendapat Ridho Allah SWT. Aamiin.
-Tifanny
0 Comments