Epilog
Agustus 08, 2019Kau adalah kisah yang langsung menuju akhir. Tanpa ada permulaan. Tanpa ada pengenalan. Tanpa kita tahu, kita telah di ujung kisah. Kapan semua bermula? Kita tak pernah memulai. Jika saja ada permulaan kita tak pernah menyadari kapan terjadinya. Hanya dalam keheningan yang ditelan oleh riuhnya suasana sekitar yang akhirnya membuat kita lupa, terlupa, dan melupa.
Aku adalah jarak diantara barisan kalimat kalimat ini. Ada namun kau tak menyadarinya. Aku adalah angin yang pernah berembus di sekitar wajahmu. Pernah kau rasakan, tapi kau tak pedulikan itu. Aku adalah sepi di antara gemuruh suara yang bercampur baur. Tertangkap oleh pendengaranmu. Mungkin kau sejenak pernah terdiam dan ikuti sepi itu, tapi kemudian kau urungkan dan kembali ke hiruk pikuknya sekitarmu.
Apakah kau pernah berdiri diambang pintu? Taukah bahwa aku ada dibaliknya menanti pintu itu kau ketuk? Meski perlahan, meski tersimpan keraguan, aku menunggu keberanian menggerakkan jemarimu. Namun ternyata keraguan itu masih menjeratmu terlalu erat.
Berapa lama waktu yang telah terlewat? Saat aku membuka pintu dan melihatmu termenung di persimpangan itu, aku berlari lari kecil, berpeluh dan bermandikan cahaya matahari sore. Lalu berhamburan semua rasa yang aku simpan rapat. Namun kau tetaplah tangan yang menelungkup.
Untuk kisah yang tak pernah ada permulaan ini kan menjadi sebuah mimpi panjang yang tak berkesudahan.
0 Comments