­

Pulang Merobek Sunyi

September 23, 2019


Wajah wajah yang selama dua minggu terakhir ini begitu lekat harus saya lepas di lobby utama terminal Jatijajar Depok. Selepas dhuhur menembus ramainya jalanan kota Depok dengan kecepatan laju mobil yang tergolong sedang, sepertinya saya masih beruntung untuk mendapatkan tiket bus Safari Dharma Raya pemberangkatan hari ini. Sebetulnya, masih ada yang belum saya bawa. Bapak di rumah kepingin sekali dibelikan talas bogor. Sepanjang jalan menuju terminal (sudah  masuk jalan Depok-Bogor), kami tak menemukan satupun lapak yang menjajakan umbi umbian yang kini lebih mudah ditemui dengan wujud lain yakni lapis bogor. Akhirnya kakak memutuskan untuk meninggalkan saya dan melanjutkan pencarian. Andaikata dapat tapi bus saya sudah berangkat, gampang lah bisa dipaketkan. Namun jika belum kakak akan kembali menemui saya di depan lobby.

Tak sampai sepuluh menit barang kali, kakak mengirim pesan melalui Whatsapp bahwa ia mendapat talas bogor dan baru saja berpapasan dengan bus safari. Bekerjaran dengan waktu, kakak ipar saya diminta untuk ngebut. Singkatnya, kami bertemu lagi di depan lobby dengan kresek berisi talas seperti yang diharapkan bapak. Sebelum berpisah, saya menciumi si bungsu yang sedari tadi menatap saya dengan tatapan serius. Entah apa yang ada di pikiran bayi lelaki ini. Sampai ketemu lagi ya, InsyaAllah dalam waktu dekat...

Pukul setengah tiga, saya naik ke bus dan tak berselang lama, bus melaju meninggalkan terminal menuju Bogor. Masih cukup siang pikir saya untuk sebuah keberangkatan bus malam. Kalau saja saya datang terlambat, saya tidak akan sempat menaiki bus ini. Sebab memang tujuan akhirnya Yogyakarta. Perkiraan sampai kota tersebut mungkin subuh. Maka untuk sampai Temanggung bisa dipastikan lebih awal. Sebelum subuh. Tapi saya tidak kepikiran sampai situ.

Mulanya saya duduk tak nyaman sebab disamping saya ada orang asing. Tapi kemudian karena bangku belakang masih kosong, orng tersebut berpindah tempat menyisakan bangku kosong di sebelah saya. Bagus pikir saya haha. Akhirnya saya bisa sedikit bersantai dengan memutar daftar putar kesukaan di Spotify. Salah satu lagu yang saya putar adalah lagu Efek Rumah Kaca yang baru baru ini rilis. Tiba Tiba Batu langsung menjadi kesukaan saya. Selain mengobati rindu saya pada karya baru ERK, lagu ini punya melodi yang sangat menarik. Terlebih jika menonton musik videonya. Sederhana tapi boleh juga. Lucu sekali melihat bapak bapak personil ERK seperti sedang bertamasya. Hehe.

Saya kembali membuka Novel Tapak Jejak, sekuel dari Arah Langkah karya Bung Fiersa. Novel ini sudah saya dapatkan sejak agustus lalu. Tapi sudah menjadi kebiasaan, saya seringkali menumpuk buku, bacanya nanti. Alasannya menunggu momen yang pas. Dan inilah momen yang pas itu. Ketika diperjalanan. Sebagaimana buku ini punya tema. Tema perjalanan. Baiklah saya akan membuat postingan khusus untuk mengulas buku ini nanti. Yang pasti saat ini saya sudah berada di akhir kisah meski belum saya tamatkan. Sebab ketika tiba di Bekasi, perhatian saya teralihkan. Saya melihat keluar melalui jendela. Ramainya kota ini. Melihat matahari yang jingga berkali kali menjadi latar belakang penampakan pemandangan yang berbeda. Mulai dari deretan gedung, pemukiman, bahkan area persawahaan. Meski berada di tengah padatnya kota, dengan bangunan pabrik dan gedung gedung saya melihat beberapa petak sawah sedang di atasnya terbang kawanan burung belibis berbulu putih. Melayang layang dengan satu pimpinan yang terbang selalu paling depan. Meliuk kesana kemari ia diikuti oleh belasan burung lain. Saya tertarik mengamati mereka. Riang terbang di langit sore yang jingga. Bahkan di tempat saya yang masih jarang bangunan menjulang tinggi dan terbilang masih banyak area persawahannya saja jarang menemui burung belibis.

Bus terus melaju. Melewati beberapa pintu tol, masuk dari satu kota ke kota lain. Akhirnya transit di rest area tol Cipali. Ternyata tiba waktunya kami para penumpang untuk makan malam. Waktunya tepat sekali dengan waktu Maghrib. Saya pikir cukup awal ketimbang perjalanan berangkat waktu itu. Baru transit saat sudah pukul sembilan malam. Rumah makan kali ini lebih luas dan bersih. Pencahayaannya lebih terang. Tempatnya cukup nyaman. Saya makan dengan tenang dan santai. Syukurlah, teh yang tersaji merupakan teh manis. Barang kali sudah pesanan khusus untuk bus safari yang kebanyakan penumpangnya orang Jawa. Yang sudah terbiasa minum teh manis bukannya teh tawar hehehe.
**

Tak disangka, pukul setengah dua belas saya sudah tiba di Ngadirejo. Saya pikir ada kota lain selain Temanggung yang memiliki wilayah bernama Ngadirejo. Tapi ternyata memang saya sudah berada di Temanggung. Saya tak bisa tidur lagi. Salah salah nanti saya bisa kebablasan sampai Jogja. Hhaha.

Akhirnya saya tiba di lokasi pemberhentian yang paling dekat dengan rumah. Pas sekali saya turun di gang menuju rumah. Membelah heningnya malam saya menyingkirkan hal hal yang tidak saya inginkan dari benak. Sial. Saya lupa memberi tahu ibu untuk melepas kunci ruang tamu, agar saya bisa membuka pintu dengan kunci yang saya bawa. Benar saja, tiba rumah saya harus menunggu pintu dibukakan. Saya ketuk jendela sampai cukup keras dan entahlah, sepertinya ada yang tak suka saya berisik. Tiba tiba terdengar krusak kursak dari mana entah. Saya pikir kucing berlari kaget dari tumpukan sampah. Tapi saya tengok ke arah sana, tak ada yang berantakan. Masih rapi. Ah baiklah, sesiapa saja, maafkan saya mengganggu ketenangan kalian.
***

Rumah. Akhirnya. Bagian paling menyenangkan dari sebuah perjalanan adalah pulang. Terlebih jika kita telah merasa jenuh. Tak lagi tahu kemana harus melangkah. Itu artinya sudah saatnya kita untuk pulang. Rumah menjadi titik awal segaligus akhir.


Tifanny

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling