Tapak Jejak: Mencapai Titik Balik dan Memetik Hikmah
September 25, 2019Memoir kisah perjalanan Fiersa Besari berlanjut. Tapak Jejak yang merupakan sekuel dari kisah perjalanannya menjelajah Indonesia, akhirnya rilis pada bulan Agustus lalu bertepatan dengan peristiwa hari kemerdekaan Indonesia. Dalam buku ini, Bung mulai menjejaki wilayah Indonesia Timur. Setelah dua rekan perjalanannya, Andini dan Baduy memutuskan untuk pulang, Bung sempat dilanda kegalauan apakah ia akan melanjutkan perjalanan tanpa seorang kawan? Bung yang mulanya melanjutkan pengembaraannya sendirian, akhirnya ia bertemu banyak kawan yang membuatnya mampu mewujudkan impian untuk sampai ke bagian Indonesia paling timur. Keberhasilannya menapaki pulau Papua ditandai dengan menunaikan nazarnya, yakni membabat habis rambut gondrongnya.
Tapak Jejak hadir dengan format cerita yang tak jauh berbeda dengan Arah Langkah. Dimana Bung membuka kisah dengan menyusun kepingan ingatan masa silam. Jika di Arah Langkah Bung mundur ke beberapa tahun saat pertama kali ia bertemu dengan seorang perempuan bernama Mia dan bagaimana patah hati bisa mendorong Bung untuk melakukan perjalanan menjelajah Indonesia, di Tapak Jejak pembaca akan terlempar ke masa kecil seorang Fiersa Besari. Silih berganti dengan kisah perjalanan, Bung menceritakan kisah hidupnya saat masih kanak kanak, bersekolah, kisah kisah kenakalan remaja yang dilakukannya, hingga mencapai satu titik balik yang bersinggungan dengan kisah petualangannya. Ia mempertanyakan lagi esensi, tujuan, dan hikmah dari penjelajahannya.
Bung mulai berpikir akan pengembaraannya yang seolah tanpa ujung. Ia mulai dilanda bosan dan hasrat menggebu yang semula meletup di dadanya perlahan hilang dan meredup. Sering kali ia merasa rindu pada rumah. Namun egonya terus mendorongnya untuk berfikir "perjalanan ini belum cukup jauh". Bung merasa perjalanannya akan sia sia jika ia memutuskan untuk pulang. Namun kemudian perbincangannya dengan Andini melalui telefon membuat Bung mencapai suatu kesadaran usai mendengar ucapan Andini: "Ingat, Bukan seberapa lama perjalanannya, tapi seberapa banyak hikmah yang bisa kamu ambil."
Bung mulai berpikir akan pengembaraannya yang seolah tanpa ujung. Ia mulai dilanda bosan dan hasrat menggebu yang semula meletup di dadanya perlahan hilang dan meredup. Sering kali ia merasa rindu pada rumah. Namun egonya terus mendorongnya untuk berfikir "perjalanan ini belum cukup jauh". Bung merasa perjalanannya akan sia sia jika ia memutuskan untuk pulang. Namun kemudian perbincangannya dengan Andini melalui telefon membuat Bung mencapai suatu kesadaran usai mendengar ucapan Andini: "Ingat, Bukan seberapa lama perjalanannya, tapi seberapa banyak hikmah yang bisa kamu ambil."
Yang Selama ini Luput atau Sengaja Tak Di Kisahkan
Mungkin ada yang luput diceritakan atau sengaja untuk disimpan sendiri oleh sang petualang jika ia memutuskan untuk membuat sebuah buku memoir perjalanan. Yakni tentang hal hal yang mungkin saja terjadi akibat kehidupan seorang backpacker yang barangkali kurang bersih. Bung bercerita bagaimana ia menderita berbagai gangguan penyakit kulit bahkan sampai suatu ketika ia terkena cacar monyet. Sehingga Bung mulai mengubah gaya hidupnya yang semula jorok menjadi lebih bersih lagi. Ia juga mulai memperhatikan pola makan dan sama sekali berpisah dengan kebiasaan minum minuman beralkohol.
Merambah Ke Dunia Baru
Saya jadi paham, bahwa awalnya Bung lebih tertarik pada dunia musik ketimbang tulis menulis. Tapi akhirnya ia menjadi sangat menyukai buku. Di perjalanan ia sering kali dihadapkan pada situasi susah sinyal. Terlebih saat melakukan perjalanan menggunakan kapal untuk menyebrang dari satu pulau ke pulau lain yang tentu memakan waktu yang cukup lama. Maka untuk mengusir rasa bosan, bung membaca buku. Juga kisah bagaimana untuk pertama kali ia membaca buku pak Pram. Kemudian ia menjadi sangat terkesan dan terinspirasi. Saya rasa Bung sangat mengagumi pak Pram. Tergambar dari dua judul buku Memorinya ini yang sepertinya diserap dari Judul buku pak Pram : Jejak Langkah
Arah "Langkah"
Tapak "Jejak"
Membuka Wawasan
Buku ini membuka wawasan saya tentang berbagai wilayah di Indonesia. Tak hanya itu, penjelajahan Bung mendatangi berbagai tempat bersejarah menambah pengetahuan saya. Seperti kisah tentang Des Alwi yang merupakan seorang anak kepulauan asli Banda Neira yang gigih dan menjadi seorang yang sangat menginspirasi dengan pencapaiannya.
Tifanny
Sebuah impresi dan ulasan sederhana
0 Comments