Hey Joni

November 15, 2020

Sepeninggal Oyen dan kematian ketiga anaknya yang tragis, mendadak rumah kami diserang hama. Tikus dan curut tiba tiba menyusup dan sering membuat gaduh di area kamar belakang dan terkadang dapur. Sangat menjijikkan. Sepertinya hama hama ini memanfaatkan waktu kosong tanpa adanya kehadiran kucing, musuh alami mereka. Kendati Oyen adalah tipikal kucing manja yang tidak doyan makan daging mentah dan enggan berburu, tapi kehadirannya cukup membuat tikus dan bangsa pengerat lainnya ketakutan hingga enggan mendekati rumah. 

Sejujurnya saya agak kapok memelihara kucing. Tidak bisa tidak baper dan terlalu menaruh sayang saat memiliki kucing. Kucing buat saya lebih dari sekadar peliharaan. Saat kami bersama rasa rasanya ia sudah menjadi anggota keluarga kami juga. Sehingga ketika terjadi sesuatu, entah kematian atau menghilang tiba tiba, rasanya menyakitkan. Saya lelah merasakan patah hati. Sesering apapun, saya belum bisa terbiasa untuk menghadapi kehilangan :')

Tanpa saya tahu, tiba tiba bapak pulang membawa seekor kucing. Kucing itu dimasukkan ke dalam tas kerja bapak yang sudah usang. Pada saya bapak bercerita bahwa salah seorang temannya sering membuat story whatsapp tentang kucing kucingnya yang sangat banyak. Bapak sudah cukup sering menanyakan apakah bisa mengadopsi salah satu diantara mereka? Namun sering kali ditolak dengan berbagai alasan. Masih kecil lah, kasihan nanti kalau diambil satu yang satunya nyariin lah. Akhirnya saat bapak melihat story terbaru bahwa ada kucing teman bapak yang baru saja beranak, tanpa mengirim pesan terlebih dahulu, bapak langsung gas ke rumahnya di Danupayan. 

Dari cerita bapak rumah itu benar benar seperti panti asuhan untuk kucing. Kendati demikian, anak perempuan teman bapak itu tampak bersungut sungut saat salah satu kucingnya diadopsi. Mulanya bapak ingin membawa anak kucing belang tiga. Tentu saja ditolak oleh teman bapak. Akhirnya dapat yang berwarna oranye (lagi) karena anak ini paling beda dengan yang lain. Bulunya pendek tidak begitu cantik menerut beliau. Namun bagi saya yang pertama kali melihatnya, ia terlihat manis dan cantik. Sampai sampai saya salah kira, dia betina. Ternyata ia kucing jantan yang lentik

Mulanya kami membiarkan ia berlarian di dalam rumah. Duduk bersama kami di sofa sembari menonton televisi (ia tertidur). Bahkan ia menemani saya bekerja, duduk sangat manis di kursi sebelah. Hari berikutnya ia sudah berani tidur di pangkuan. 

Ah anak ini. Tapi kami tidak membiasakan kucing untuk tinggal di dalam rumah dengan alasan kebersihan. Meski kucing ini masih sangat kecl, ia sudah sangat terlatih untuk buang air dengan benar. Saat di dalam rumah tiba tiba ia berlari kearah baskom dan berusaha mengais ais kertas diatasnya. Langsung saja saya bawa ia keluar ke tempat pasir. Benar saja ia langsung buang air dan dengan naluri alamiahnya, ia segera mengubur kencingnya. 

Beberapa hari kami melatihnya untuk tinggal di luar saat malam hari. Ia mengeong dan meratap, tapi kami harus mendisiplinkannya. Kini ia sudah terbiasa.

Seperti layaknya anak kecil yang ramah, ia sangat antusias bila ada orang baru yang datang. Diendus, diikuti, dan duduk bersama. Tempo hari, suami saya kedatangan dua orang temannya. Mereka berdua adalah adik kelas sewaktu sekolah dahulu di SMK. Perjalanan dari Jawa Timur, mereka berniat untuk mendaki gunung Sumbing dan gunung Prau. Sehingga mereka singgah di rumah kami untuk istirahat. Si kucing menyambut teman suami saya dengan sangat hangat. Bahkan ketika malam tiba, ia menemani mereka tidur di rumah belakang. Saat mereka akhirnya pulang, si kucing seperti merasa kehilangan dan sedikit kesal. 

Saya tidak pandai memberi nama untuk peliharaan. Maka selama ini kami hanya menyebutnya Meng. Namun siang ini saat saya iseng memanggilnya Jon, Joni, ia menoleh menatap saya lekat lekat. Hmmm baiklah kalau begitu, panggil dia Joni.
***

Sekarang, tidak ada lagi suara grasak grusuk maupun cicit dari tikus atau curut di rumah. Sepertinya memang kami membutuhkan kehadiran seekor kucing di rumah.

Tifanny Lituhayu

menemani jalan jalan di halaman rumah lalu minta imbalan

Menemani bekerja

pose tidur yang unik


You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling