Tifanny dan Kegemarannya

November 25, 2020

Surga dunia~  

Sebetulnya belajar menjadi minimalist merupakan sebuah upaya untuk mengendalikan hasrat kebendaan bukan? Nah  rasanya dalam diri saya seperti ada hal yang bertentangan. Di satu sisi saya berambisi untuk terus belajar menjadi minimalist. Namun di sisi lain saya masih tergoda oleh benda benda duniawi hahaha. Sebut saja alat tulis. Entah mulanya sejak kapan. Saya sangat gemar mengkoleksi berbagai macam alat tulis, mulai dari pena, pensil, pena berwarna, buku catatan, dari yang paling imut sampai yang besar. Dari buku biasa sampai binder. Sticky notes, pembatas buku, tempat pensil. Sampai sampai dulu sewaktu jaman masih sekolah ibu sering menegur saya karena kebiasaan saya membeli tempat pensil. 

Arep ngluban dosgrip po?
mau bikin urap tempat pensil ya?

Saya selalu tergiur saat melihat rak tempat pensil di sebuah department store. Saya kerap menyambangi tempat khusus perlengkapan ATK saat mendatangi DS tersebut. Waktu yang saya habiskan pun bisa belasan menit, berjam jam kalau saya datang sendiri. Dulu saya pernah membeli tempat pensil berwarna merah dengan corak bendera Amerika. Isinya pun lengkap, ada pena beberapa buah, pensil mekanik, pensil biasa, rautan, penggaris kecil, cutter, penghapus, tip x, bahkan saya menyimpan flashdisk di dalamnya. Kotak pensil ini sudah semacam dompet serbaguna juga. Tapi hal buruk terjadi. Saya meninggalkannya di salah satu ruang kelas di kampus saat kuliah. Dan keesokan hari ketika saya ingin mengambilnya, kotak pensil itu sudah raib. Saya benar benar sangat kecewa. Padahal biasanya jika ada barang tertinggal selalu dipajang di ruang TU dan yang kehilangan bisa mengambil. heuuu giliran barangnya bagus dan isinya lengkap aja ilang deh. Uda jadi jarahan kali ya wkwkwk. Rasanya kalau ingat hal itu jadi ga ikhlas. Hufff~

Tempo hari saat decluttering, saya menemukan banyak sekali buku catatan dan memo. Karena sudah dipakai sebagai diary, saya harus membakarnya, jika hanya dibuang rasanya seperti sedang mengobral privasi wkwkkwk.  Ini cukup melelahkan.

Sekarang saya malah kembali mengkoleksi buku catatan, sticky notes dan lainnya dengan dalih sebagai penunjang atau untuk fasilitas kerjaan. Haha. Entahlah perasaan saya sangat bahagia melihat semua ini. Asal saya bisa merapikannya mungkin tak apa menyimpan beberapa benda yang bisa membuat saya bahagia. Kalau tidak salah, begitulah konsep yang ditawarkan oleh Marie Kondo hehe.

Kertas dan buku baru terkadang punya aroma yang unik. Terlebih jika kertasnya berwarna kecoklatan. Menyentuhnya, menghirup aromanya, ada sensasi tersendiri yang membuat saya bahagia. Aneh ya? wkwkwk.

di Trimester ketiga kehamilan ini banyak sekali hal yang saya pikirkan. Salah satunya, apakah kelak ketika saya sudah melahirkan dan mengasuh anak, beberapa aspek kehidupan saya berubah? Seperti kegemaran saya akan alat alat tulis ini apakah akan hilang dengan sendirinya? Bukan apa apa saya hanya penasaran bagaimana nantinya.


Tifanny Lituhayu 

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling