Pindahan

Januari 17, 2021



Hari Minggu meski menjadi hari libur rasanya justru sangat melelahkan. Sekilas mungkin pekerjaan rumah yang saya lakukan di hari minggu ini terlihat sangat menguras tenaga dan melelahkan. Tapi menurut saya masih lebih melelahkan mengerjakan pekerjaan di depan laptop yang kelihatannya hanya duduk, mengetik dan menggerakan tetikus. Lelah selama sepekan terakumulasi di hari sabtu sore dan di hari minggunya membuat saya ingin terus rebahan. Lebih lebih untuk saat ini, duduk dalam waktu yang cukup lama membuat saya tak nyaman. Mungkin juga untuk janin saya karena ia kerap mengirimkan sinyal seperti: bu, ayo rebahan, posisi duduk ibu membuatku tak nyaman.
***

Kemarin untuk sekadar curhat perihal kepindahan saya ke rumah belakang pun rasanya malas. Tubuh yang lelah berimbas pada suasana hati. Suasana hati yang tak nyaman membuat saya agak malas untuk meluangkan waktu menulis hehe. Ah melantur lagi kan saya. 

Jadi, begini... Alhamdulillah, hari Rabu Sore tanggal 6 Januari lalu saya dan suami dibantu bapak dan adek berhasil memindahkan beberapa berabotan. Seperti kasur dan lemari. Perlahan juga kami memindahkan barang barang seperti pakaian, perlengkapan tidur, alat mandi dan barang barang lain hingga jauh petang. Rabu malam kami menempati rumah belakang untuk pertama kalinya. Meski masih banyak yang belum beres. Seperti belum memasang tirai di setiap jendela. Bahkan jendela kamar masih terbiarkan begitu saja tanpa tirai. Kami masih menunggu tirai kami selesai dicuci di binatu yang melayani pesan antar. Baru beberapa hari setelahnya kami menerima tirai tirai itu.

Saat ini tirai sudah terpasang di titik titik penting. Untuk sisanya ada yang masih belum terpasang karena keterbatasan alat dan waktu luang suami. Setidaknya untuk kamar, ruang tamu dan ruang tengah sudah memiliki tirai. Sehingga ketika malam hari tiba kami bisa merentangkannya, menghalau pemandangan gelap dari luar maupun ruangan kami yang terang karena lampu supaya tidak terlihat dari luar.

Ternyata ada satu masalah yang tak kami duga. Suatu petang ketika hujan turun dengan deras, rumah kami bocor parah. Lantai dua yang masih menggunakan papan basah oleh tetesan air yang merembes dari atap. Lalu merembes lagi kebawah. Rembesannya menjadi bocor di langit langit lantai bawah, di ruang tengah dan hampir sebagian besar ruangan dapur. Saya hanya bisa mengambil beberapa panci dan ember untuk menampung tetesan bocor. Baru akhirnya saat suami saya pulang, ia membentangkan terpal di lantai dua untuk menghalau bocor agar tidak rembes kebawah.

Saya benar benar sedih dan tak habis pikir. sebab, beberapa waktu yang lalu kami sudah memanggil tukang bangunan untuk merapatkan genteng, membeli beberapa buah genteng dan rangka kayu untuk memperbaiki atap. Alih alih menjadi aman tanpa bocor, justru kebocoran yang terjadi jauh lebih parah. Dapur yang sebelumnya tak pernah ada masalah tiba tiba nyaris saja banjir (ah ini hiperbolis, tapi sungguh, baru kali ini melihat bocor yang parah seperti ini). Kejadian ini sempat membuat saya agak senewen dan bicara dengan nada tinggi pada suami. Saya menyesal akan hal itu. Padahal jika telusuri lagi, harusnya suami saya yang mengalami kerugian besar. Baik secara materi maupun tenaga. Materi, karena ia sudah mengeluarkan biaya untuk renovasi tapi justru tak ada hasilnya dan malah jadi parah. Tenaga, ia juga sempat membantu tukang bangunan hingga kulit terbakar panas matahari dan mengecat langit langit eh sekarang jadi bernoda kuning kuning lagi. Kendati demikian, sikapnya jauh lebih tenang saat menghadapi kejadian ini. Menurutnya ini semua sudah kehendak Allah yang mungkin masih menginginkan kami melakukan usaha yang lebih. Sikap tenangnya itu kadang membuat saya gemas dan tak habis pikir. 
***

Saat ini hujan selalu membuat kami khawatir. Tadi suami saya bolak balik mengecek setiap sudut ruangan. Solusi untuk atap bocor sementara sudah ditangani oleh bapak dengan membentangkan terpal diatas genteng. Terima kasih bapak. Kami belum tahu kapan akan memperbaiki semua. Keterbatasan dana menjadi alasan utama. Tapi biar bagaimanapun kami harus mengusahakannya sesegera mungkin. Entah bagaimana caranya.
***

Hari minggu ini harusnya saya bisa melanjutkan pekerjaan yang masih tertunda. Tapi saya hanya ingin rebahan dan membiarkan pikiran saya rileks sejenak. Rasanya banyak sekali kejadian yang berentetan selama sepekan ini. Pikiran saya teramat riuh.

Tifanny Lituhayu

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling