Yang Terlahir Kembali
Mei 16, 2022Seorang yang hemat berbicara sering kali membuat saya penasaran. Saya ingin tahu apa yang ada dalam isi kepalanya dan mengapa ia jarang mengatakan sesuatu. Padahal orang orang selalu nyerocos bahkan hal yang menurut saya tidak perlu diungkapkan. Mungkin memang dunia ini butuh keseimbangan. Dunia ini tetap membutuhkan seseorang yang tetap senyap meski di dalam pikirannya sangat riuh.
Ekspresi wajahnya cenderung datar. Ia jarang sekali menunjukkan perubahan ekspresi yang signifikan. Awalnya saya pikir ia muak dengan sekelilingnya. Ia malas melakukan tugas kelompok yang diberikan dosen dan lebih senang mengerjakan sesuatu sendirian. Ia hanya diam dan mengerjakan apa yang harus ia kerjakan. Lambat laun saya bisa menjalin komunikasi dengannya melalui aplikasi chat karena kebutuhan tugas. Namun lama kelamaan kami dapat saling bertukar pikiran dan berdikusi berbagai hal. Termasuk kami membicarakn tentang diri kami masing masing.
Dalam beberapa hal kami menemukan persamaan. Bahkan akhirnya saya mengetahui lapisan dirinya yang lain. Yang sebelumnya tertutup rapat. Ia mengungkapkan apapun yang terlintas dipikiran dan apa saja yang berkecamuk di dalam hatinya. Kami menjadi sering bertemu untuk mengerjakan tugas kuliah atau sekadar berbincang. Jika kami menjadi sangat senyap saat berada di tengah tengah keramaian, kami bisa begitu cerewet jika dapat menepi sejenak.
Ia adalah orang yang penuh ide kreatif. Tangannya terampil membuat prakarya. Sedang otaknya sangat cakap mempelajari hal hal baru berkaitan dengan teknologi. Saya sangat kagum dengan minat belajarnya yang tinggi. Disitulah perbedaan kami. Ia akan selalu berusaha dengan baik apapun yang tengah ia kerjakan. Sedangkan saya...saya selalu menjadi semenjana.
Momen yang paling saya rindukan saat bersamanya adalah saat kami berjalan berdua di jalan Tuguran Magelang menuju kampus. Saat itu pohon pohon trembesi masih rindang. Ketika musim mulai berganti menuju kemarau, daun daun yang menguning jatuh berguguran di trotoar hingga jalan raya. Jika kendaraan melaju daun daun itu akan terbang dan berserak ke tepian. Daun daun gugur itu serupa permadani kuning keemasan yang indah. Saya senang saat melihat sepasang kaki kami berdiri diatas tumpukannya. Pemandangan yang menarik dan tak terlupakan.
Momen lainnya adalah ketika kami berkendara untuk menjelajah kota Magelang dan mendatangi tempat tempat wisata alam. Dengan motor tua yang telah dirakit ulang oleh ayahnya yang ahli mesin, motor itu dapat kembali dikendarai meski dengan susah payah saat melewati jalanan menanjak.
Kami tertawa, menangis, marah, kecewa, saling menjauh, kembali bersua, menghilang lagi. Meski kami tak lagi seperti dulu dan telah menjalani kehidupan masing masing, kami seperti saling sepakat untuk bertukar kabar sesekali meski kesepakatan itu tak kami katakan dengan lantang. Namun hanya ada di dalam hati kami masing masing. Yang saya khawatirkan saat ia sedang menghilang. Tiba tiba nomornya tak dapat dihubungi dan tak bisa ditemukan di media sosial manapun. Ia selalu membutuhkan waktu untuk sendiri dengan kesehariannya sebagai pengajar yang merangkap pekerjaan begitu banyaknnya dan harus berhubungan dengan banyak orang.
Selamat terlahir kembali dengan angka 28, kawanku Saya berharap agar kecemerlangan gagasan dan segala pemikiranmu lebih dihargai serta dapat mengantarkanmu pada kehidupan yang penuh berkah. Aamiin. Sehat sehat kau disana ya!
0 Comments