Dilarang Sakit
Mei 24, 2022Sering kali saya mengeluhkan situasi ketika saya jatuh sakit semenjak menjadi seorang ibu. Dalam pikiran saya selalu terlintas bahwa menjadi ibu artinya dilarang sakit. Kalaupun sakit jangan harap dapat beristirahat dengan tenang dalam waktu yang cukup hingga keadaan membaik. Dalam keadaan sakit pekerjaan rumah dan mengurus anak tetap harus dilakukan.
Saya menahan nyeri saat harus berbaring miring dalam waktu yang lama. Karena tengah sakit ASI saya menjadi seret sementara itu Bening tak mau lepas nenen karena merasa kebutuhannya belum terpenuhi dengan maksimal. Keadaan seperti ini sering kali membuat saya frustrasi. Belum lagi jika suami tak libur. Saya harus bertahan tanpa bantuan siapapun. Dalam keadaan seperti ini saya masih harus melakukan rutinitas Bening seperti biasa.
Meski saya kedinginan dan menggigil, saya harus tetap memandikannya. Meski tubuh lemas dan nyaris tumbang, saya harus tetap menyuapinya. Meski tubuh saya bagaikan copot satu persatu, saya tetap harus menyusuinya.
Terkadang saya iri dengan ibu ibu yang masih bisa mendapat waktu luang bahkan melakukan hobinya seperti saat masih muda belum punya anak. Atau bahkan berkencan dengan suami berdua saja tanpa risau memikirkan anak karena sudah bersama neneknya. Namun inilah hidup yang saya pilih bukan? Saya memutuskan untuk mempunyai anak dan Allah mengamanahkannya pada saya dan suami. Maka apapun itu harus saya jalani. Manusia memang terkadang tak puas dan lupa dengan pilihan hidupnya. Harusnya saya tak mengeluh atau iri dengan kehidupan orang lain, kan?
0 Comments