Menggumam
Maret 15, 2018Beberapa diantara generasi yang seusia denganku, mereka telah banyak bertemu orang baru. Bertemu dan menjalin hubungan. Berteman, hanya berpapasan, atau mungkin membangun sebuah komitmen. Beberapa diantara mereka telah menapaki tanah yang asing. Yang panas mataharinya terasa berbeda dengan yang ia rasakan di tanah kelahirannya. Yang curah hujannya berbeda. Yang tingkat polusi udaranya mungkin berkali kali lipat lebih mengerikan dari kampung halamannya. Kampung halamannya tentu jauh lebih segar dan nyaman. Namun mengapa mereka ada disana? Untuk sebuah alasan yang pasti. Mengejar mimpi, dan orang tua mereka akan punya jawaban saat ditanya, dimana anaknya selepas lulus sekolah. Sukses. Untuk ukuran duniawi, memang ya.
Beberapa orang yang usianya sama denganku telah merasakan berbagai rasa. Hatinya ditempa lebih keras dan menjadi pribadi yang kuat. Sedangkan aku, belum maju sudah mundur teratur. Aku berlindung pada benteng pertahanan idealismeku. Yang aku bangun dari berbagai macam kekhawatiran. Yang kulapisi dengan kebisuan. Rapat tak ada celah. Semuanya telah aku tambal dengan kata kata yang tak bisa aku verbalkan. Semua tertahan dan menjadi perekat. Aku bersembunyi di baliknya. Aku tak tahu bagaimana dunia luar. Saat ku tengok keluar dan ku beranikan berdiri berada diluar sejenak, aku kembali dengan hati yang terluka. Renta. Rapuh.
Aku belum bisa mancapai sukses sesuai standar mereka. Standar manusia yang mementingkan status sosial. Pun juga aku belum bisa meraih kesuksesan di mata Alloh. Aku adalah hamba yang mengalami banyak kegagalan dan lalai. Aku gagal menjaga beberapa hal yang telah Alloh titipkan. Aku lalai dengan beberapa kewajibanku. Namun aku masih selalu meminta dan memohon tanpa rasa malu. Salah satunya aku memohon ampunan atas lalainya diri ini.
Entah bagaimana kini. Aku berada di tengah. Aku tak bisa melangkah kemana mana. Hanya menanti kenyataan yang setidaknya bisa diprediksi dengan logika. Namun aku kan gantungkan semua harap pada Alloh. Semoga Alloh memberi kekuatan padaku. Semoga ada celah untuk secercah cahaya yang mampu menerangi hamparan kegelapan hidupku ini. Aku masih terus mencari dan berharap. Agar Alloh memberi jalan padaku tuk senantiasa dekat. Bagiku kebahagian yang terpenting untuk sekarang ini adalah kesempatan mendekat padaNya. Tak kan kusia siakan.
0 Comments