Hujan, Udara Dingin, dan Kamu
Januari 17, 2019Menurut saya Temanggung paling cantik ketika akhir musim kemarau dan musim penguhujan. Saat musim kemarau telah diujung perjumpaan, sebagian bunga tabebuia yang tumbuh di tepian jalan masih mekar sedang sisanya telah berguguran. Jika luput dari petugas kebersihan, suasananya indah sekali seperti musim gugur di negara empat musim. Sedangkan ketika musim penghujan, saya selalu senang dengan udaranya yang segar dan cenderung dingin. Apalagi jika langit mendung. Meski orang bilang lekat dengan nuansa sendu, bagi saya ini merupakan nuansa ketenangan.
Musim penghujan di Temanggung adalah yang paling saya suka. Duduk di dekat jendela mendengar rintik hujan serta melihat kearah luar, membuat saya sangat tenang. Meski sudah lebih dari 24 tahun saya hidup di kabupaten ini, jujur saja saya masih belum bisa terbiasa dengan udara dinginnya. Saya masih perlu melindungi tubuh saya dengan pakaian hangat.
Saya teringat akan sore itu...ketika hujan deras dan saya masih sibuk dengan pekerjaan saya. Kendati demikian, saya sulit sekali untuk fokus dan berkonsentrasi. Sesekali saya melirik kearahnya, atau menghentikan sejenak aktivitas saya hanya untuk memandanginya lekat lekat. Dia tertidur di sofa. Begitu damai wajah itu. Saya ingin sekali mengusap wajahnya. Tapi saya khawatir jika ia terbangun. Ia cukup lelah bekerja selama ini. Selama cuti beberapa hari itu dan ia mudah sekali jatuh tertidur saat duduk di sofa. Mungkin lelahnya sudah bertumpuk. Saya hanya bisa tersenyum puas melihatnya lelap. Hari ketiga, ia mulai terbiasa dengan hawa kota Temanggung.
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk menemani saya.
sumber foto:
sumber foto:
instagram @exploretemanggung
0 Comments