Menutup untuk Membuka

Januari 01, 2019


Masalah saya masih sama ketika hendak menuliskan ini. Lagi lagi saya dilanda writers block. Saya bingung bagaimana harus mengawali tulisan ini. Begitu banyak hal yang ingin saya tulis. Catatan catatan kecil sudah saya siapkan untuk sebuah tulisan yang baru. Namun pikiran saya terasa kering. Sebetulnya yang saya butuhkan adalah membaca. Lebih banyak membaca lagi sebelum memutuskan untuk menulis.

Saya sadar begitu kacau susunan kalimat saya. Saat saya berpikir saya sudah beranjak dari satu paragraf ke paragraf lain, nyatanya saya tidak benar benar beranjak. Saya masih saja berputar putar. Haaah...

Pikiran saya sedang sangat kacau. Namun hati saya, Alhamdulillah dalam kondisi baik. Saya hanya belum bisa menguraikan kekalutan yang ada dipikiran saya. Saya rasa semenjak saya bekerja, pikiran saya terlalu sibuk. Mungkin pikiran yang selama ini terbiasa bersantai sedikit terkejut dengan hal hal yang harus saya hadapi. Menyelesaikan masalah, target, jatuh tempo, data excell, dan lain sebagainya membuat pikiran ini begitu riuh.

Kopi yang selama ini hanya jadi minuman yang saya konsumsi hanya ketika pengen, kini jadi minuman yang saya butuhkan untuk menjaga agar pikiran saya tetap segar. Lambat laun, saya yang tadinya telah berniat menjaga jarak dengan kopi, lagi lagi saya terjebak dan menikmatinya. Siapa yang mampu menolak aromanya begitu sedap. Menyesapnya ketika masih panas dan asapnya mengepul adalah kenikmatan yang tak mampu ditepis.

Ditemani kopi panas, saya melanjutkan pekerjaan saya yang sudah hampir jatuh tempo. Sementara diluar, suara kembang api bersahut sahutan. Saya hanya rehat sejenak untuk melihat percikan api di langit malam. Malam pergantian tahun...jadi begini ya selama ini. Saya selalu melewatkannya dengan tertidur pulas. Sejak momen pergantian tahun yang pernah saya lewati bersama teman teman sekos, saya tidak pernah lagi begadang di malam pergantian tahun. Jika bukan karena pekerjaan, tentu saja saya sudah seperti malam malam biasanya: tertidur pulas.

Orang orang banyak berterima kasih pada tahun 2018. Bagaimana dengan saya? Tentu pada Alloh lah saya berterima kasih. Banyak yang patut saya syukuri atas apa yang telah Alloh berikan di tahun 2018 kemarin. Termasuk alasan mengapa saya masih terjaga hingga dini hari. Meski begitu melelahkan, semoga lelah yang saya rasakan ini berkah. Lelah ini adalah suatu rizki dari Alloh yang patut saya syukuri.

Tahun 2018 adalah adalah titik balik bagi kehidupan saya. Saya mencapai titik terendah saya ketika awal tahun 2018 lalu. Kemudian saya merangkak dan berjalan lagi. Mulai lagi dari awal. Menata hati dan pikiran saya. Mencoba bangkit dari keterpurukan dan merenungi makna dari apa yang telah terjadi. Saya pernah merasa sangat tidak berguna dan tak ada lagi harapan. Namun Alloh mengabulkan doa saya satu persatu.

Pertengahan tahun 2018 banyak hal yang membuat saya belajar dan tanpa saya sadari, itu mengubah cara pandang saya pada kehidupan. Mengubah beberapa hal yang ada pada diri saya. Mungkin tak begitu signifikan, tapi sungguh sangat berarti bagi saya.

Saya mampu membuka pikiran saya. Menerjemahkan setiap hal yang terjadi dengan merenunginya. Yang saya yakin inilah cara Alloh mendewasakan saya. Cara Alloh menuntun saya agar menjadi manusia yang utuh. Agar kelak ketika saya menjalani tahap hidup sebagai orang dewasa, saya telah siap dan luwes.
**

Ketika semua orang mempunyai harapan dan berbagai resolusi, bagaimana dengan saya? Entahlah saya tidak terlalu berambisi dengan mencatat resolusi. Yang pasti, saya hanya ingin menjadi seorang yang berguna. Apa yang saya pelajari bisa saya bagikan dan dapat berguna bagi orang lain. jika saya punya ambisi, mungkin saya ingin menjadi seorang yang mampu menginspirasi orang lain.


Saya yakin, ada hal dalam diri saya yang istimewa dan dapat menjadi hal yang bisa saya kembangkan. Bukan maksud menjadi sombong, tapi saya telah mencapai kesadaran untuk mencintai diri sendiri. Dengan berkeyakinan bahwa saya punya sesuatu yang istimewa, saya akan terbebas dari rasa rendah diri. Mencintai diri sendiri, menurut saya adalah salah satu bentuk rasa syukur pada Alloh.

Ah ya...saya ingin melepas beban yang mungkin selama ini masih bergelayut. Saya akan melepaskan semua itu dengan cara memaafkan dan mengikhlaskan serta melupakan. Segala hal pahit yang terjadi di tahun lalu akan saya lupakan. Saya hanya ingin mengingat bahwa 2018, saya banyak belajar. Banyak hal berharga yang akhirnya menjadikan saya seperti sekarang ini. Alhamdulillah.

-Tifanny

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling