Secangkir Rindu
Januari 20, 2019Jika ada satu hal yang membuat kita berada dalam satu frekuensi, mungkin kita sama sama menyukai untaian kata. Dan jika ada satu rasa yang bisa kita cecap bersama, mungkin itu adalah rindu. Kata dan rindu adalah apa yang kita teguk setiap hari. Rindu kita bagai kopi. Yang selalu ada dan dapat kita nikmati kapan saja. Tak peduli itu pagi, ketika kau baru saja terjaga dari lelap. Atau siang hari di sela sela keriuhan dunia. Dan mungkin saja ketika sore saat kita rehat sejenak menjemput senja. Pun juga ketika malam, saat kau merenungi hidup, secangkir rindu itu menemani.
Kau hitung saja tiap tiap tetesnya. Bukan perkara jumlah. Bukan juga perkara waktu. Tapi rasa ini sudah semakin mengikat kuat pada sel di tubuhku. Kita adalah pecandu rindu. Kita adalah dua bani bumi yang meneguk kerinduan setiap harinya. Apakah kita menjadi manusia yang akan menghalalkan segala cara demi mengobati rindu? Jika dulu aku menganut paham: pertemuan adalah obat rindu, tidak dengan sekarang. Sebab rasa yang tulus telah menjadi penawarnya.
Kita diikat sebuah rasa. Rasa yang tak bisa sekadar diterangkan dengan untaian kata. Rindu adalah buah dari rasa itu. Kau tahu apa nama dari rasa itu? Rasa itulah yang menjadikan kita begitu tabah meski diterjang rindu. Justru kita telah menikmati rindu menjadi sajian nikmat dalam kehidupan kita.
Tunggu, kau belum jawab pertanyaanku. Taukah kau apa nama rasa itu?
- Tifanny | Temanggung, 20 Januari 2019
0 Comments