­

Perihal Ojek Daring

Mei 16, 2019


Belakangan ini saya merasakan banyak perubahan pada kabupaten tempat tinggal saya. Termasuk dengan muncul dan meningkatnya jumlah pengendara ojek daring. Tentu ini sangat membantu aktivitas masyarakat Temanggung. Yap, saya tahu. Memang di daerah lain ojek daring sudah beroperasi sekian lamanya. Jumlahnya bahkan mungkin sudah agak sulit dikendalikan. :v tapi di Temanggung sendiri, baru sekitar awal Januari kiranya saya menjumpai satu dua pengendara dengan jaket seragam khas pengendara ojek berbasis aplikasi. Sebetulnya dengan adanya ojek daring, manusia seperti saya, yang masih gagap berkendara sendiri, sangat terbantu kan? Namun tidak demikian. Saya justru enggan untuk bepergian dengan ojek.

Pengalaman pertama saya waktu itu ketika mengantar keponakan ke sekolah. Agak berbahaya sebetulnya berbonceng tiga. Namun tiba di sekolah semua baik baik saja. Kemudian sepulang dari mengantar ponakan, saya kembali ke rumah dengan ojek juga. Untuk pengalaman kali itu biasa saja. Karena jarak tempuh juga tak begitu jauh. Namun pengalaman saya yang berikutnya, yang membuat saya selalu saja enggan jika harus memesan ojek daring. Waktu itu saya harus mengikuti sebuah pertemuan di sebuah komplek perumahan muslim di daerah Depok. Berkaitan dengan kerjaan dan saya tentu tidak bisa menolak. Saya menuju tempat tersebut menggunakan jasa ojek. Pun juga untuk perjalanan pulang. Dari pengalaman saya, perjalanan pulang waktu itu adalah yang paling membuat saya kapok naik ojek daring. Saya adalah orang yang selalu canggung jika harus berbincang dengan orang asing. Tapi saya terlampau sungkan jika bersikap cuek. Ga enakan orangnya. Si pengemudi sedari awal mengajak saya berbincang. Dengan alasan supaya tidak ngantuk. Saya hanya mengiyakan. Semakin lama si pengemudi malah membahas beberapa produk MLM dan mengajak saya bergabung. Dia terus saja berbicara dan meminta izin untuk menghubungi saya kembali via whatsapp yang nomornya tersambung dengan aplikasi pemesanan ojek tadi. Saya hanya beriya iya dan sok asik menaggapi apa yang dia bicarakan. Padahal sebetulnya saya sudah muak ditambah lagi dengan parfum si pengemudi tersebut serta bau mulutnya yang menghantam muka saya setiap kali ia sedikit menoleh ke belakang.

Akhirnya saat memasuki gang dekat rumah perasaan saya sedikit lega. Saya bergegas turun dan masuk kerumah. Baru meletakkan tas dan istirahat sebentar, saya buka hp, benar saja orang tadi mengirimi saya pesan lewat whatsapp. Tanpa membalas pesannya, saya langsung blokir nomornya. Pada saat itu juga, saya menghapus aplikasi pemesanan ojek daring.

Pada pengalaman selanjutnya, saya sengaja memasang kembali aplikasi saat mendesak saja. Ketika itu saya harus mengambil kacamata di sebuah optik di daerah Sawangan. Sebetulnya saya cukup beruntung karena setiba di optik tukang ojek daring tadi bersedia menunggu sampai urusan saya selesai. Baguslah. Namun saya yang semula merasa beruntung lekas lekas saya koreksi. Ah saya sedang sial lagi. Ketika pulang pengemudi ojek yang lebih muda dari saya itu mengucap kalimat penawaran yang sebetulnya baik sih, tapi saya anggap itu mengerikan.
"Kalau lagi suntuk, pengen keluar, kontak aja saya... saya temenin."

Sampai di rumah saya hapus lagi aplikasi tersebut.

Dan sampai saat ini saya selalu menghamburkan kuota setiap kali terdesak membutuhkan aplikasi tersebut. Kurang kerjaan sekali. Bahkan suatu kali saya pernah pura pura tidur saat naik taksi daring. Apalagi kalau bukan menghindari obrolan. Saya adalah orang yang selalu gugup saat berhadapan dengan orang asing. Terlebih harus terlibat sebuah obrolan. Namun, kadang saya terjebak jika sudah mengobrol. Kadang tak enak hati jika terlalu cuek.

Sepertinya saya lebih senang mengendarai angkutan umum lain seperti angkot, bus, dan lainnya. Saya tak harus terlibat obrolan dengan orang disamping saya. Saya bisa memandang ke arah jendela atau tidur. Namun memang, terkadang ada pula penumpang lain yang senang mengajak berbincang. Tak apa, sejauh tidak mengajak gabung MLM atau modusin saya.

-tif
sumber foto: instagram.com/exploredepok

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling