Ngegas Tanpa Ngerem

Juni 06, 2019


Bagaimana aku harus mengatakan ini? Aku membawa rasa muak kemana mana. Mengikutiku setiap aku melangkah. Betapa bodoh dan pengecutnya aku. Aku merasakan semua kekhawatiran mereka dan kini, aku memikulnya sendiri. Menjadi sangat sinis pada dunia. Menganggap semuanya adalah kesalahan. Sebuah kesalahan ini dan itu. Untuk satu senyuman begitu mengiris setiap otot wajahku. Karena itu palsu dan aku sama sekali tak ingin melakukannya.

Sudah setahun terakhir ini aku mencoba menghindar dari kehidupan yang mengharuskan aku bertemu mereka. Namun masih saja ada yang menyeretku untuk memasuki putaran masa silam. Betapa aku tahu, itu sebuah keegoisan. Mereka pikir mereka mengingatku karena benar benar menganggapku ada? Betapa menjengkelkan karena aku tahu, menyeretku hanya untuk kepentingan pribadi mereka sendiri. Mereka terlalu bodoh dan masa bodoh untuk mengerti, bila ada hati yang gamang dan perasaan yang masygul tuk melangkah keluar. Perlu berhari hari untuk mempersiapkan diri untuk kepura puraan yang harus kujalani.

Aku berkata, aku muak. Tapi diriku yang lain menertawaiku seraya berkata:
kau terlalu pengecut untuk mengakui ini, sebetulnya kau hanya iri sebab hal yang sama tak kunjung datang padamu. Maka kau tutupi semua itu dengan berteriak bahwa kau muak. 
Aku hanya terdiam. Aku muak dengan semua itu. Mereka yang mengumbar setiap kemesraan. Seolah dunia perlu tahu padahal persetan dengan kau dan kalian. Mengumbar setiap pencapaian, seolah kau butuh seluruh pujian. Padahal peduli apa soal ini dan itu. Mengumbar setiap kekayaan, seolah semua perlu melihat betapa hebatnya kau. Padahal, masa bodoh...bahkan kau tak bisa dan bahkan tak ingin sekadar membagi pada yang membutuhkan.


Apakah yang kalian semua umbar juga merupakan penutup untuk sesuatu yang kurang dalam hidup kalian? Apakah ada sisi busuk dalam hidupmu yang betapa kau teramat tak puas karenanya? Kita semua adalah kepalsuan yang memainkan drama. Bedanya aku muak pada kalian semua. Aku hanya tak ingin menjalani drama yang memualkan semacam kalian. Drama romantis yang menjijikkan. Drama pengumbaran pencapaian dan kekayaan. Jika kelak aku telah mencapai titik hidup yang romantis, mencapai ini dan itu, memiliki ini dan itu, kuharap aku tak kan pernah berlumur darah kalian yang menjadikan diriku tak ubahnya manusia memuakkan seperti kalian.

Hari kemarin, hari ini, dan semua yang ada dalam pikiranku ini untuk menebas kepala kalian semua. Wahai diriku, berjalanlah dalam senyap, dan ruang yang sunyi jadi saksi. Suar kan membimbingmu kemana harus berlayar. Jangan pernah sesumbar. Sebab tak ada yang tahu mengenai takdir.

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling