Menyingkirkan Lebih Banyak Barang

Oktober 13, 2019


Tiga minggu telah berlalu sejak pertama kali saya mulai membuang barang barang tak berguna yang ada di kamar dan membakar semua buku harian sebagai awal memulai hidup minimalis. Hari ini saya baru melanjutkan lagi apa yang sudah saya niatkan. Seperti yang sudah saya agendakan dalam tulisan saya Mencoba Minimalis, langkah selanjutnya untuk mengurangi barang kepunyaan adalah dengan menyingkirkan semua pakaian yang sudah lama sekali tak terpakai. Saya sudah memisahkan beberapa pakaian yang selama ini hanya memakan tempat di lemari. Sebuah kardus cukup besar berukuran 60cm x 40cm x 30cm telah saya siapkan. Tanpa memilah milah lagi saya masukan satu persatu semua pakaian tersebut. Saat saya telah hampir mengeluarkan semuanya dari lemari, saya mendapati tiga buku harian dan benda benda kecil sampah yang luput dari prosesi bakar bakar pada tanggal 28 September lalu. Saya merasa kesal dan terpaksa menyimpannya kembali karena memang hari ini saya sedang ingin fokus membereskan pakaian (saya tidak bisa membuangnya begitu saja karena barang tersebut bersifat pribadi).

Saya beralih ke tempat dimana biasanya dipergunakan untuk meletakan pakaian kering sehabis di cuci dan kemudian disetrika. Saya belum sempat mengurus pakaian yang sudah disetrika untuk dimasukan ke lemari. Sebab lemari pakaian saya benar benar penuh sesak. Saya memilih pakaian milik saya diantara pakaian anggota keluarga lain di rumah. Sebanyak satu plastik besar saya kumpulkan lagi pakaian tak terpakai. Sisanya, beberapa pakaian yang sehari hari dipakai, saya pindahkan ke lemari dan menatanya satu persatu. Meski masih cukup banyak, setidaknya pakaian pakaian itu memang yang saya butuhkan. Beberapa ada yang sering saya pakai dan yang lainnya hanya saya pakai di acara tertentu. Nah untuk ini sepertinya saya masih belum cukup menjadi seperti seorang minimalis yang menepis kata kelak. Saya masih mempertahankan beberapa pakaian yang mungkin, kelak akan saya pakai jika ada acara yang tepat. Jadi saya anggap pakaian tersebut sesuatu yang saya butuhkan. Hehe membela diri ya?

Semuanya sudah masuk ke lemari. Saya merasa begitu lega, puas, dan bahagia. Selamat tinggal pakaian tak terpakai. Lemari saya lebih rapi dengan isi yang sudah jauh berkurang. Sehingga saya bisa kembali memakai pakaian yang selama ini “raib” padahal sebetulnya saya butuhkan. Sementara yang tidak saya butuhkan telah berpindah ke kardus dan kantong plastik. Saya bisa merapikan kamar dan lagi lagi menemukan benda benda sampah. Sekarang saya jauh lebih berani untuk membuang beberapa kotak penyimpan kacamata, frame kacamata yang tergolong masih baru (tapi sudah patah), dan sebuah kacamata yang tak terpakai. Saya telah memutus ikatan rasa sentimental pada benda benda tersebut. Saya tak peduli lagi jika dulu pernah memberinya nama. Sekarang benda benda yang tak terpakai dimata saya hanyalah sampah. Namun sebelum itu, saya mengambil foto benda benda tersebut. Biar bagaimanapun mereka pernah sangat berjasa. Hehe


namanya bella haha

Sebuah Radio Usang



Ada tiga buah kardus bertumpuk di pojok ruangan dan saya lupa kapan pertama kali meletakkan kardus kardus itu disana. Saat meraih benda yang ada di dalam kardus paling atas, saya menemukan sebuah radio yang bentuknya cukup kuno. Seperti yang sudah sering terjadi, saya terkenang lagi akan masa lalu saya dengan radio itu. Radio itu bermerk Sony dengan dua knop di bagian muka. Satu untuk menyalakan dan mengatur volume suara sedangkan satunya lagi untuk mengatur frekuensi. Disisi atas terdapat sebuah antenna yang berfungsi sebagai penangkap gelombang. Jika kawan pernah melihat film Laskar Pelangi dan ingat pada sosok bocah lelaki nyentrik bernama Mahar, kira kira radio itu sangat mirip dengan radio Mahar yang selalu ia kalungkan di lehernya.

Radio ini dibeli oleh bapak tepat saat saya mulai ngekos dan berkuliah. Kata bapak, buat nemenin saya di kamar. Padahal saat itu sudah umum memutar musik melalui smartphone, laptop atau mp3 player. Namun bapak membelikan saya sebuah radio bermodel jadul yang tentu saja tak memiliki port USB. Buat saya yang cukup idealis soal selera musik pada saat itu, mendengarkan radio bukan sebuah pilihan yang tepat. Sebab musik yang terputar di radio kebanyakan bukan selera saya. Kendati demikian saya merasa sangat senang dan terharu mendapatkan radio baru. Setiap pulang dari kampus saya bisa rebahan sambil memutar mutar knopnya mencari siaran berita, musik yang cukup enak atau yang sedang memutarkan langgam jawa. Dengan daya listrik dari dua buah baterai berukuran besar, radio itu mampu menepis rasa bosan dan sepi di kamar kos. Mengalunkan langgam jawa yang perlahan membuat saya terhanyut dan kesadaran berangsur hilang. Saya tertidur.. hehe

Kini saya tidak bisa terus mempertahankan radio tersebut karena terlalu ribet. Harus membeli baterai dan lagi, kini saya lebih sering memutar musik dari CD atau lewat spotify yang tersambung ke speaker.
***

Proses Menyingkirkan dan Hikmah yang Didapat

Kira kira hampir 3 jam saya berurusan dengan benda benda yang perlu saya singkirkan sebelum akhirnya bisa membersikan ruangan. Sisi ruangan yang selama ini tertutup kardus meninggalkan jejak berupa debu tebal karena tak terjamah alat pembersih. Seharusnya lebih mudah untuk menggunakan penyedot debu ketimbang sapu. Kurang efektif dan alhasil saya bersin bersin. Setelah semua debu tersapu bersih saya mengepel ruangan mulai dari kamar hingga seluruh ruang di lantai atas.
Sebagian yang lain masih di tempat cucian :))

- Menemukan Diri Sendiri

Dan, begitu kita berhasil menjadi minimalis yang kepemilikannya terdiri barang yang kita butuhkan, fokus kita pun beralih dari orang lain ke diri sendiri. Ketika terbebas dari dorongan membanding bandingkan diri, kita akan mulai menemukan siapa diri kita yang sesungguhnya.(Fumio Sasaki, 2015: 162)

Selesai dengan sesi bersih bersih saya rehat sejenak sambil melihat lagi isi lemari pakaian saya. Saya bergumam betapa bahagianya saya tak lagi melihat tumpukan pakaian tak terpakai. Ketika saya memasukan pakaian yang tak terpakai sempat berpikir bahwa sebenarnya baju baju ini masih sangat layak pakai dan bahkan terlihat bagus. Warnanya masih tajam dan jika ada yang berlubang, hanya satu dua saja. Memandingkan dengan baju baju yang saya pertahankan justru saya merasa geli. Sebab baju yang saya pertahankan terlihat lusuh warnanya. Tak lagi terlihat bagus. Namun disisi lain hal itu adalah sebuah pertanda betapa saya menyukai pakaian pakaian tersebut dan sering saya pakai sehingga lambat laun terlihat lusuh.

Berkurangnya jumlah pakaian yang saya miliki membuat saya kembali menjadi diri saya sendiri. Sebab sebagian besar pakaian yang saya singkirkan semuanya tak ingin saya pakai karena tak cocok. Awalnya saya merasa pakaian itu cukup bagus dan akan membuat penampilan saya jauh lebih baik. Mencoba mengikuti trend supaya tidak terlihat dan dianggap cupu. Namun pada saat saya memakainya, saya justru tidak percaya diri dan tidak nyaman. Saya sudah menghamburkan uang untuk hal yang saya pikir keren. Setelah saya berpisah dari mereka, saya bisa fokus dengan pakaian yang memang saya sukai, nyaman saya pakai dan membuat saya menjadi diri saya sendiri.

-Merapikan pakaian jadi lebih mudah
Betapa ringannya pekerjaan saya untuk melipat pakaian dan memasukannya ke lemari saat ini. Sebab saya tak lagi harus mengurus banyak pakaian. Yuhuuu~

- Menghemat Waktu
Saat semua pakaian sudah tertata rapi di lemari dan tidak tercecer disana sini, lebih mudah bagi saya untuk memilih pakaian yang ingin saya kenakan. Tanpa harus lama memilih saking banyaknya pilihan atau mencari cari pakaian yang saya inginkan tapi terselip diantara gunungan baju baju. Hah benar benar memakan waktu yang cukup lama. Sungguh pada akhirnya benda benda yang saya miliki telah membuat saya kerepotan. Tapi kini, semoga dengan berkurangnya pakaian yang hanya membuat baju kesukaan saya tenggelam, saya jadi bergerak lebih cepat. Tentu itu sangat menguntungkan, sebab jika saya ingin pergi keluar, persiapannya tak perlu memakan banyak waktu.
****

Lemari saya memang sudah rapi sekarang Namun ada yang masih mengganjal. Ketika saya melihat kardus dan plastik berisi pakaian yang saya singkirkan tadi, kepala saya sedikit berdenyut. Duh harus saya kemanakan pakaian pakaian itu ya? Nah lohh...Saya berfikir untuk menjualnya dengan harga murah secara online, tapi saya tak punya waktu untuk mengambil foto pakaian itu satu persatu. Jadi saya masih meletakkannya di sudut ruangan. Terpikir juga untuk menyumbangkan dengan mencari penampungnya. Saya mencari cari solusi lewat internet.Tapi tidak mendapatkan info yang cukup membuat saya sreg. Sehingga untuk saat ini saya masih berhenti disini sambil menunggu kesempatan untuk mendiskusikannya dengan ibuk. Dijual murah atau langsung saya sumbangkan saja.

Andaikan dijual, ada teman ibuk yang akan membelinya untuk kemudian dijual kembali. Jika ingin disumbangkan, bapak dan ibuk pun tahu kemana harus menyalurkannya. Mungkin ke panti asuhan yang dikelola oleh salah satu saudara kami, atau bisa diserahkan ke relawan untuk disalurkan kepada orang orang yang membutukan. Kebetulan ibuk tergabung dalam sebuah komunitas relawan di Kabupaten Temanggung. Namun kendalanya kami belum punya waktu untuk mengurusnya.

Untuk itu jika kawan punya saran kemana saya bisa melungsurkan pakaian pakaian layak pakai dengan segera,  silakan tinggalkan komentar di bawah ya. Terutama yang bisa memberikan fasilitas jemput barang. Hihi

Oh ya, untuk agenda berikutnya saya akan kembali melakukan pemusnahan buku harian dan benda benda bedebah lainnya. Saya juga berencana untuk mengeluarkan buku tak terpakai dan sekiranya tidak perlu lagi saya pertahankan. Saya ingin menjualnya kiloan bersama berang bekas lain yang bisa jadi duit. duit duit duit!!!

Temanggung, 13 Oktober 2019

Mengurangi pakaian

You Might Also Like

2 Comments

  1. Udah paling bener dijual murah atau sekalian disumbangkan sih. Kalau saya, saya tanyain ke ponakan atau keluarga dekat dulu. Kalau ada yang mau ngadopsi, saya kasih ke mereka dulu. Hehe. Btw sehabis komen ini, saya langsung ngecek kamar lagi kali-kali masih ada barang yang sebaiknya disingkirkan lagi aja. Haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya yah. Yg pertama kali kepikiran tuh ponakan. Pngn kasih ke doi aja. Tp krn jauh plng nunggu pas kesini aja anaknya. Hehe.

      Belakangan jd suka kaget2an kl lihat ke luar kamar. Kirain ada penampakan, ternyata tumpukan kardus. Sampai menghantui gini wkwk

      Sobad minimalisku abang mah.haha ayo beberes lagi! :D

      Hapus

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling