Lewat Tengah Malam
November 10, 2019Lewat tengah malam. Sudah biasa jika kepala saya selalu riuh. Namun malam ini keriuhannya semakin tidak terkendali. Terlebih dengan kondisi perut bergejolak dan masih dengan suara suara aneh terjadi dalam perut saya. Apa mungkin beberapa hari terakhir ini saya benar benar gagal menjaga pola makan? Apa yang saya santap terlalu aneh sehingga tubuh saya menolak dan menerjemahkannya sebagai racun? Saya terlalu berpihak kepada lidah yang menyukai cita rasa tanpa mempertimbangkan bagaimana pencernaan saya setelah menyantap makanan makanan yang saya pilih.
Repot sekali. Lewat tengah malam sudah dua kali bolak balik ke kamar mandi. Apa yang bergejolak mesti dikeluarkan. Toh sekuat apapun saya menahan, mereka tetap akan melakukan penolakan dan mendorong saya untuk mengeluarkan mereka. Ah repot! Kenapa perkara muntah sampai sebegini repotnya saya menggambarkan. Hah. Pikiran saya sedang kacau. Kenapa tidak bisa tenang sejenak?
Lewat tengah malam. Saya betul betul lelah menanggung rasa ini. Tapi gemuruh dalam pikiran belum mau reda dan membiarkan tubuh saya rebah, beristirahat. Kacau betul. Mohon kerja samanya wahai pikiran. Malam bukan waktunya untuk terus terjaga. Malam itu diciptakan salah satunya adalah untuk membuat orang seperti saya ini beristirahat. Saya sedang kurang baik sekarang. Mohon tenang dulu. Esok pagi boleh riuh lagi. Ah sudah menuju dini hari. Jika saya terus memelihara kesadaran dengan kondisi seperti ini, saya akan jatuh ke tingkat kesadaran paling rendah. Saya akan melayang di batas ambang. Antara sadar dan tidak. Dan pada saat itulah ilusi dengan mudah menyerobot masuk. Menangkap segala gelombang yang berbeda. Gelombang yang tak akan terjangkau saat kesadaran sedang penuh. Mari, wahai pikiran, jiwa dan tubuh, mari bersatu untuk satu kata: istirahat.
Tifanny
0 Comments