­

Titik Zenith dan Nadir

Februari 14, 2021



Bagian III
Menyambung tulisan sebelumnya: Di Ruang Pucat

Saya tahu, ini merupakan pengalaman pertama, sehingga produksi asi belum sepenuhnya lancar. Kendati demikian, baik bidan, perawat, suami dan kedua orang tua sangat menganjurkan untuk terus mencoba menyusui bayi. Bahkan si kecil juga sangat bekerja keras mendapatkan asi. Tanpa lelah ia terus menyusu.

Ah syukurlah semua sudah terlewati. Saya dan bayi bisa segera pulang setelah saya menerima transfusi darah yang kedua, pikir saya. 

Saya benar benar lelah berbaring tak berdaya. Dini hari pengaruh bius mulai hilang dan rasa panas menjalar dari jalan lahir. Saya ingin sekali mengganti popok bayi yang sudah basah. Namun untuk menggerakkan tubuh saja masih kesulitan. Belum lagi dengan terpasangnya infus dan selang kateter. Saya merasa frustrasi dan ingin menangis tapi entah kenapa saya hanya merasa sesak di dada. 
***

Rabu, 10 Februari
Pagi tiba dan saya mulai bersemangat kembali. Pasti setelah transfusi selesai semua alat yang terpasang ditubuh juga akan segera di lepas. 

Siang saat semua alat sudah terlepas dan mendapat kunjungan dokter saya sudah diperbolehkan pulang. Kendati demikian, suami masih harus mengurus administasi. Ada satu hal lagi yang tiba tiba membuat saya kembali runtuh. 

Menurut pemeriksaan yang dilakukan pada bayi, kadar bilirubin pada tubuhnya sangat tinggi. Hal ini menyebabkan tubuhnya menjadi kuning. Satu satunya cara yang paling disarankan adalah menjalani fototerapi atau penyinaran dengan sinar ultraviolet. Mungkin ini terdengar sederhana karena sinar ultraviolet bisa didapat dari sinar matahari pagi pikir saya. Sehingga saya bisa membawa bayi pulang dan rutin berjemur. Namun dokter menyarankan  untuk segera dirujuk Rumah Sakit Umum Temanggung.

Perasaan saya benar benar berantakan. Jika hari kemarin keadaan saya yang seperti di titik terendah, sekarang perasaan sayalah yang terhempas kesana. 

Tak ada pilihan, saya harus melakukan yang terbaik untuk bayi meski itu artinya saya harus berpisah darinya. Ia harus menjalani fototerapi secara intensif selama 2 x 24 jam. Saya mengkhawatirkan bagaimana nanti dia menyusu? Bagaimana nanti dia disana jika sendirian? Saya tak kuasa dengan itu semua. Baru saja, saya merasa bersemangat karena bayi bisa menyusu, ia harus terpisah dari saya dan mau tak mau harus diberi susu formula. Sebab kalaupun memompa asi, produksi asi masih kurang memadai.
***

hari Sabtu, si kecil masih berada di rumah sakit. Hari kamis dan jumat saya telah menjenguknya. Tapi tak ada yang bisa saya lakukan selain melihatnya terbaring dalam kotak dengan sinar warna biru. Matanya tertutup dan ia hanya memakai popok. Saya menangis melihatnya, perasaan saya tak karuan. 

Semoga hari ini fototerapi telah usai dan dokter telah memeriksanya. Saya harap hasil pemeriksaannya menunjukkan bahwa bayi sehat. Keadaannya membaik dan bisa dibawa pulang hari ini juga. 

Tunggu ibu ya nak, semoga Allah mengizinkan kita untuk berkumpul di rumah hari ini dengan keadaanmu yang sudah sehat. Aamiin. 

Tifanny Lituhayu
Temanggung, 13 Februari 2021

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling