Panasea
Februari 23, 2021Saat saya menatap langit langit kamar sembari menyusui Bening, kelebatan itu datang lagi. Terkadang saya ingin menghapusnya dengan mengusap mata dan dahi menggunakan telapak tangan. Berusaha mengalihkannya dengan memikirkan hal lain. Namun selalu saja kelebatan memori di rumah sakit kembali lagi dan lagi. Malam ini air mata saya berjatuhan. Mungkin saya cukup frustrasi dengan memori itu. Sungguh perjalanan yang teramat panjang. Semoga saja proses menyembuhan psikologis saya tidak serumit itu.
Suami saya memberikan sebuah buku untuk dibaca. Katanya daripada saya bengong dan nangis lagi, lebih baik membaca buku. Sebuah buku yang ditulis oleh seorang dokter yang berjudul Cinta, Kesehatan, dan Munajat Emha Ainun Najib. Suami memberikan buku ini untuk saya baca mulai kemarin sesaat setelah keadaan saya membaik.
Tepat 14 harinya Bening, tiba tiba tubuh saya menggigil. Malam sebelumnya saya sempat menangis kesakitan saat menyusu Bening karena lecet. Pagi harinya udara terasa dingin menusuk. Siang beranjak sore saya masih belum menyusui Bening dibagian yang sakit. Alhasil dada saya terasa nyeri. Tak disangka pula tiba tiba demam. Lantas saya memakai pakaian berlapis dan mengenakan selimut. Bahkan saya mengenakan kerudung dan masker kemudian mencoba tidur.
Saya sangat beruntung, petang itu Bening benar benar tenang dan bisa diajak kerja sama. Bahkan semalaman ia tertidur pulas dan hanya sesekali menyusu. Saya sempat khawatir bagaimana jika ia dehidrasi? Alhamdulillah nyatanya Bening baik baik saja hingga esok pukul tiga pagi ia baru mulai aktif. Syukurlah keadaan saya sudah berangsur baik. Jadi sedari jam tiga hingga esok pagi saya terjaga bersama Bening.
Semua berkat kasih sayang Allah dan kesabaran suami. Mengetahui keadaan saya yang tiba tiba menurun, ia langsung siaga. Menyiapkan makan dan menyuapi. Membuat teh panas manis yang sangat nikmat. Memijat kaki saya dan menemani saya.
Ketika kami duduk berhapan sambil berbincang, ia menyodorkan buku yang belum habis ia baca.
"Baca ini dek, daripada adek bengong terus pikirannya kemana mana, mending baca ini. Bagus. Coba deh baca ini"
Ia menyodorkan buku itu dan meminta saya membaca salah satu halamannya yang memuat sebuah syair dari Buya Hamka.
***
Terima kasih mas, sudah menemani saya dan membantu saya. Mas sudah melakukan lebih dari yang bisa saya duga dan bayangkan. Maaf jika saya masih menangis seperti anak kecil yang cengeng. Namun saya punya sedikit pembelaan, air mata itu juga merupakan detoks lho. Hehe.
Saya tidak bisa berjanji untuk menjadi seorang yang kuat sepertimu, tapi saya akan berusaha. Saya butuh waktu untuk memulihkan. Mungkin tubuh saya bisa pulih dengan cepat. Tapi hati dan pikiran saya sepertinya perlu waktu lebih untuk itu. Dengan hadirnya mas dan Bening, insyaAllah cukup sebagai obat bagi saya. Semoga Allah selalu melindungi kita.
Tifanny Lituhayu
0 Comments