Beberapa waktu yang lalu saya sempat menonton tayangan Mata Najwa Takeover. Acara tersebut dipandu oleh dokter Tompi mewawancarai tiga dokter dari rumah sakit yang berbeda dari tiga wilayah. Depok, Kudus, dan Lumajang. Tidak hanya wawancara biasa, ketiga dokter tersebut sekalian mengelilingi ruang demi ruang tempat pasien COVID-19 dirawat. Saya sangat sedih melihat pemandangan itu. Lebih sedih lagi ada beberapa orang di luar sana yang masih saja menghujat nakes dan menuding mereka meraup keuntungan dari semua ini? Ada juga yang berkoar koar tidak mengatakan ini hanya konspirasi? Saya tidak tahu julukan apa yang pantas untuk mereka ini. Jahat. Mereka tak ubahnya para koruptor yang nilep dana bansos, garong sana sini ditengah pandemi, saat orang orang susah payah bertahan hidup ditengah carut marut kondisi ekonomi sekarang.

Kita bisa apa? Patuhi Protokol Kesehatan! Jika tidak bisa melakukan perubahan besar atau tindakan berarti, minimal jangan buat gaduh. Sadar atau tidak kalian juga cari panggung dan keuntungan ditengah situasi ini! Jahat.

Sedih rasanya saat perlahan berita siapa yang terjangkit COVID-19 semakin mendekati lingkup kita, orang orang terdekat kita. Sedih. Namun kita tetap harus saling bantu. Taat prokes bukan hanya untuk diri sendiri tapi secara otomatis kita melindungi orang lain disekitar.

Jangan nunggu giliran!!!

***

Sore ini saya mendapat kabar bahwa kakak saya di Depok positif COVID-19. Awalnya beliau dan suami kelelahan dan demam. Namun hingga sepekan lebih, batuk dan demamnya tak juga reda. Beliau berdua mendatangkan nakes untuk PCR. Sebelumnya kakak saya sudah isolasi mandiri begitu bergejala. Saya sangat kaget dan sedih. Namun saya tak ingin khawatir berlebihan. Ngomong ngomong saya juga sedang sedikit flu. Makanya saya berusaha untuk tetap tenang  agar lekas sembuh. 

***

Kepada semua kawanku yang membaca ini, saya berpesan, taati protokol kesehatan dan selalu jaga kondisi. Doakan agar kakak saya dan keluarga lekas sembuh. Aamiin

#jangannunggugiliran