Kepada Angin
Januari 03, 2022Aku pernah sangat mengharapkanmu. Dan takdir mengantarkanku pada sebuah waktu. Dimana aku dapat mengungkapkan segalanya. Kau yang terasa jauh dan hanya diangan angan, hanya berjarak sekian detik, kendati mata kita belum saling menatap.
Kuungkap segalanya, tentang perasaan itu. Tentang hari hariku mencarimu di diri orang lain. Ku kira dia adalah dirimu. Namun aku salah. Salah... aku salah. Melakukan dua kesalahan. Aku salah orang dan aku salah telah menyakitinya.
Perasaanku telah tersampaikan. Namun tak ada lagi kesempatan untuk perasaan itu bermetamorfosa. Ia harus berhenti dan mati. Perasaan itu tak memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi berbagai gestur antara aku dan kau. Tatapan, genggaman, pelukan. Jikapun ada kesempatan, akankah kau bersedia mengganggam tanganku?
Tidak. Cukup. Kisah itu harus berakhir sebelum kita mulai. Dan ratusan baris namamu yang telah ku goreskan, menjadi jalanku untuk memadamkan rasa itu.
Aku berhasil, kau tahu itu? Meski aku masih tetap mengingatmu. Dan mengingat sore yang keemasan itu. Cahanya berpendar saat mataku basah. Sebuah lagu menjadi latar kisah itu. Menyedihkan, tapi juga melegakan. Setidaknya aku telah mengungkapkannya.
Angin...jadilah seperti angin. Berembuslah kemanapun engkau ingin. Lupakan masa silam dan jangan biarkan itu membelenggumu. Angin...pergilah. Dan jika kau telah menemukan tempat untuk berlabuh, berhentilah.
0 Comments