Sampah Pakaian yang Meresahkan

Januari 14, 2022

Selama ini hanya sebatas terhenti di lamunan saja saat memikirkan apa yang terjadi dengan limbah tekstile atau pakaian. Saya tak pernah berpikir bahwa ternyata sampah pakaian sama meresahkannya dengan sampah plastik. 

Saya tercengang setelah membaca sebuah berita yang diuanggah oleh asumsi.co. Dalam berita itu tertulis bahwa ada puluhan ribu ton pakaian bekas tak layak pakai menggunung di Atacama Chile. Segunung pakaian bekas itu menjadi sumber polusi. Jumlah sampah pakaian yang tak terkendali ini dipicu oleh adanya gaya hidup fast fashion atau tren mode cepat. Sadar atau tidak banyak selebgram atau selebriti yang menunjukkan mode pakaian yang mereka kenakan, menjadi sebuah tren dan masyarakat pun mengikutinya. Kita menjadi konsumtif, tergoda sale, rekomendasi barang barang murah di market place, menjadi penyebab menumpuknya sampah pakaian.

Kebanyakan bahan yang digunakan berkualitas buruk sehingga tidak tahan lama dan mudah rusak. Memang itulah ide dari fast fashion bukan? Namun hal itu amat meresahkan bagi lingkungan.

Berikut saya kutip langsung dari asumsi.co:

Menurut laporan Perserikatan Bangsa Bangsa 2019, produksi pakaian global berlipat ganda antara tahun 2000 dan 2014. Industri Pakaian ini bertanggung jawab atas 20% total limbah air di tingkat global. Setidaknya untuk membuat satu pasang celana jeans dibutuhkan 7500 liter air.

Kebanyakan sampah pakaian yang tidak bisa didaur ulang akan mengotori laut. Untuk dapat terurai, satu pakaian paling tidak membutuhkan 200 tahun.

*

Saya merasa bersalah setelah mengingat satu kardus besar dan satu plastik besar pakaian yang sudah saya singkirkan. Betapa impulsifnya saya hingga baju baju itu hanya berakhir untuk disingkirkan. Sejak saat itu di lemari hanya tersisa beberapa potong pakaian yang memang dibutuhkan dan ingin saya pakai. Beberapa kali saya sempat ingin membeli baju tapi selalu urung karena belum memiliki cukup uang. Namun setelah membaca berita itu, alasan saya bertambah. 

Memang, saya belum bisa berbuat banyak untuk lingkungan dan kelestariannya. Namun paling tidak saya ingin melakukan satu hal sederhana dan mulai dari diri sendiri.

Solusi

Solusi untuk mengurangi limbah pakaian yakni berpikir terlebih dahulu, apakah kita perlu membeli pakaian itu atau hanya sebatas keinginan. Kita juga harus bisa mengubah pola pikir bahwa mengikuti tren bukan hal yang baik jika kaitannya dengan kelestarian lingkungan. 

Jika kita benar benar membutuhkan pakaian untuk dibeli, pilihlah pakaian dengan cermat, pertimbangkan kualitas bahan. Pastikan bahwa pakaian itu setidaknya dapat bertahan lama. Memang kualitas pakaian yang baik biasanya mahal. Yah daripada murah, tapi kualitas jelek dan tidak tahan lama? Kita jadi terus terusan beli dan ujung ujungnya sama juga keluar duitnya. Belum lagi malah menyumbang sampah. 



Jujur saja hingga usia Bening saat ini, saya baru membelikannya baju new born dan beberapa potong kaos saat baju new bornnya tidak muat. Kebanyakan baju yang ada di rak, merupakan pemberian. Bu bos perusahaan tempat mas bekerja sekarang, kebetulan memiliki seorang bayi perempuan yang usianya satu bulan lebih tua dari Bening. Namun  pertumbuhannya cukup cepat sehingga baju bajunya lekas sekali kekecilan. Bu bos sering menawarkan pada mas apakah kami mau menerima prelove baju darinya. Tentu saja dengan senang hati kami menerima. Saat kami terima semua baju dalam kondisi sangat baik. Dari segi warna, jahitan, serta serat kainnya. Hampir semua bajunya bermerk ternama. Tak heran jika kualitasnya sebaik ini. 

Saya sangat senang karena tanpa mengeluarkan uang kami bisa memberikan Bening baju dengan kualitas baik. Kami hanya perlu merawatnya saja. Agar kelak jika ada yang berkenan preloved dengan senang hati kami akan melungsurkan. Hihi. Ah tapi apakah aktivitas semacam ini tak masalah ya bagi kesehatan? Ini masih saya pikirkan. 

**

Untuk saat ini, saya ingin betul betul bertaubat deh dari aktivitas beli beli baju murah. Saya ingin mencoba mengumpulkan uang terlebih dahulu jika membutuhkan baju. Mencari baju dengan kualitas baik dan ramah lingkungan. Saya hanya harus yakin, sekecil apapun usaha yang saya lakukan untuk lingkungan semoga bisa menjadi kebiasaan dan memiliki sebuah arti serta manfaat. 

Semoga Allah meridhoi apa yang saya niatkan. Yuk untuk teman teman yang sudah lebih dulu sadar akan hal ini, saya mohon bimbingannya. Mari kita saling kuatkan dan istiqomah di jalan kita dalam menjaga lingkungan. Menjaga lingkungan saya kira adalah bentuk rasa syukur serta tanggung jawab kita sebagai manusia di hadapan Allah, dihadapan Tuhan sang pencipta.


Sumber:

Instagram @asumsico

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling