Di Bukit Kembang Arum
Januari 23, 2022Tiga hari yang lalu, tiba tiba saya terserang diare. Karena udara juga sedang dingin, rasanya jadi meriang juga. Bolak balik ke wc dengan air yang cukup dingin. Saya betul betul lemas. Untungnya mas sedang libur. Beberapa pekerjaan rumah bisa ia tangani. Namun sayang, kami pun batal untuk pergi keluar mumpung mas libur :(
Sebagai gantinya, hari ini kami berekreasi. Saya sudah pulih, tapi sayang mas tidak libur melainkan dapat jatah shift siang. Namun ia menyanggupi keinginan saya yang kurang piknik ini hehe.
Awalnya saya hanya ingin mengambil foto bersama Bening di Jl. Monginsidi. Namun karena jalan itu agak ramai lalu lalang pengendara, kami batal melakukannya. Sebagai gantinya mas bersedia mengajak kami ke Bukit Kembang Arum. Sebuah destinasi wisata di daerah Kecamatan Bejen. Saya juga penasaran dengan tempat ini dan tertarik ingin mengunjunginya. Namun karena lokasinya yang cukup jauh, saya jadi kurang yakin. Tapi mas menyanggupinya ya kenapa tidak.
Kami berangkat dari rumah pukul tujuh pagi. Dengan bantuan GPS kami menyusuri jalan Kedu, mengambil rute Jumo, melewati Ngadirejo, Candiroto. Perjalanan yang cukup panjang. Mulai dari menyusuri jalan yang kanan kirinya terdapat sawah, pasar, fasilitas fasilitas umum, melewati hutan, dan akhirnya tiba juga di Bejen. Saya heran. Tempat wisata ini seperti dilupakan. Sebab saat kami tiba disana loket masuknya berantakan dan tidak dijaga siapapun. Begitu pula saat tiba diatas, warung warung sepi. Beberapa fasilitas dan taman bermainnya tidak terawat. Namun keran keran air semuanya menyala. Begitu pula dengan wc nya yang airnya pun mengalir lancar. Kami sempat mengira Bukit Kembang Arum memang sudah terlupakan mungkin efek pandemi.
Cuaca tadi pagi cukup mendung dan berkabut. Langit tertutup awan. Meski demikian kami tetap bersemangat dan mengambil beberapa foto walau memang hasilnya tak seberapa bagus. Hehe.
Saat kami hendak pulang, ternyata pedangang di kios kios baru saja datang. Akhirnya kami memutuskan untuk singgah dan mengganjal perut dulu.
Saat kami menuju parkiran, di loket terlihat beberapa pemuda setempat berjaga. Lantas kami diwajibkan membayar tiket masuk yang sudah termasuk biaya parkir sebesar 22ribu.
Terimakasih mas. Hari ini sangat berkesan meski perjalanan yang kita tempuh cukup jauh. Meski wajahmu terlihat mengantuk dan lelah kamu selalu memberikan kami kebahagiaan.
Ah ya kebetulan sekali, hari ini merupakan hari ulang tahun mas Erwin. Selama di perjalanan, dek Erwan berusaha menelpon mas sebanyak dua kali. Namun karena tidak ada jawaban, akhirnya ia mengirimkan pesan kurang lebih begini:
Selamat terlahir kembali, mas.
Berangkali ia ingin mengucapkannya langsung lewat telfon.
Ini tahun ketiga saya melewati 23 Januari bersama mas Erwin. Semalam, sepulang kerja kami makan malam bersama. Usai makan malam, ia bermain game dan saya duduk disampingnya bercerita ini itu. Ia hanya diam dan fokus dengan ponsel. Tanpa terasa hari sudah berganti. Pukul dua belas lewat lima belas menit, saya mengucapkan selamat ulang tahun berikut dengan doa doa. Mas mengamininya. Namun mas sudah serig bilang bahwa ia ingin semuanya berjalan biasa saja. Tak perlu ada ucapan, ia merasa ulang tahun tidak perlu selebrasi apapun. Sebab sejak kecil ia tak terbiasa dengan hal semacam itu.
Mas, tapi menurut saya hari ulang tahunmu perlu dirayakan. Meski hanya dengan doa. Kelahiranmu adalah salah satu hal yang paling saya syukuri di dunia ini. Kamu hadir dan ada di kehidupan saya saat ini, membuat keberadaan saya menjadi lebih berarti. Alhamdulillah. Dan terimakasih sebesar besarnya untuk almarhumah Ibu, yang tak pernah menyerah meski situasi saat itu sangat sulit. Terimakasih atas kesabaran dan nila hidup yang sudah ibu ajarkan ke mas Erwin.
Bocil suka manjat ini itu |
Agak curam dan kurang aman, perlu dibangun pengaman |
Melihat pemandangan |
Bermain bersama warga lokal, penguasa setempat |
Sesi foto ibu dan anak :)) |
0 Comments