Ulasan Novel Kambing dan Hujan
Maret 24, 2024![]() |
dokumen pribadi |
Judul: Kambing dan Hujan
Penulis: Mahfud Ikhwan
Penerbit: Mizan
Tahun Terbit: 2015
Mif dan Fauzia tak sengaja bertemu dalam sebuah bus. Awalnya Fauzia merasa canggung karena tahu bahwa Mif merupakan putra dari tokoh Masjid Utara di kampung halaman mereka, Centong. Sedangkan ia sendiri merupakan putri dari Pak Fauzan tokoh yang dihormati oleh jamaah Masjid Selatan. Sejak dulu jemaah masjid Utara dan Selatan selalu berbeda pandangan. Oleh karena itulah Zia merasa enggan saat Mif datang menyapa dan duduk di sebelahnya. Namun semenjak perbincangan saat itu, mereka justru menjadi dekat dan saling jatuh cinta.
Mif maupun Zia sadar bahwa usaha mereka untuk memperoleh restu dari kedua orang tua mereka akan alot. Selain perbedaan pandangan, ayah mereka telah lama tidak bertegur sapa. Dalam proses mencari restu itulah baik Mif maupun Zia meengungkap kisah masa lalu orang tua mereka.
Novel ini memang bergenre roman. Namun di balik kisah cinta Mif dan Zia, Mas Mahfud mencoba menggambarkan berbedaan pendapat yang sering kali terjadi antara NU dan Muhammadiyah. Juga bagaimana hubungan antara jamaah kedua ormas tersebut melalui penggambaran Masjid Utara dan Selatan. Penulis memberikan porsi yang seimbang antara keduanya sehingga tidak ada keberpihakan.
Saya sangat menyukai novel ini dan berkali kali terharu bahkan menangis di beberapa bagian yang mengisahkan persahabatan Is dan Moek (sapaan pak Iskandar dan pak Fauzan saat muda). Tak hanya itu, kisah romantis Mif dan Fauzia juga tidak berlebihan tapi justru bikin cengar cengir ketika membacanya.
Meski dari sampul dan judulnya terasa menggelitik dan tidak nyambung, memang begitulah adanya. Kambing dan Hujan merupakan sebuah ungkapan untuk sesuatu hal yang mustahil bertemu. Oh ya, novel ini menjadi pemenang sayembara Novel DKJ tahun 2014 (novel pemenang DKJ memang keren keren ya). Saat ini penerbit Mizan juga telah mencetak dengan desain sampul baru yang jauh lebih menarik wkkwkwk.
Kambing dan Hujan cocok sekali dibaca saat Ramadhan seperti ini mengingat di salah satu babnya juga menceritakan suasana Ramadhan di Centong. Situasi dimana kedua jamaah masjid makin terasa sekali perbedaannya hihi.
Kisah ini ditutup dengan sangat indah dan memberikan penggambaran bahwa meski Zia terlalu "Kabira" untuk Mif yang "Allahuma baid baini" mereka berdua tetap menjadi keluarga yang harmonis bahkan menjadi jalan bagi dua sahabat lama menyudahi kebisuan di antara mereka.
Kalau kamu penasaran bisa pinjam novelnya di Ipusnas mumpung stoknya aman, fren!
⭐️ 5/5
0 Comments