Bu, saya tak bisa membaca garis wajah dan tatapan mata. Tapi saya mampu merasakan apa yang engkau rasakan. Saya tahu bu, bukan sekedar mengira. Namun kiranya ibu begitu cakap menyembunyikan semuanya. Perasaan perasaan itu, bu. Apa yang terjadi di kehidupan ini begitu keras. Kini saya memahaminya. Hantaman hantaman keras itu yang harus kita hadapi. Menjadikan kita lebih kuat dari hari ke hari. Saya...
Teruntuk aku dan hatiku yang rapuh Dengan pikiran yang selalu riuh. Begitu gaduh tanpa mulut yang tak bisa mengatakan aduhSemuanya tak bisa meluluhKecuali dalam simpuhdi malam yang telah sepuhNamun dimanakah kesadaran itu. Tubuh belum berlabuhPada keniscayaan yang sungguh Pemilik segelanya yang Maha UtuhJauh...Rapuh...Sungguh... ...
Dan aku telah mengucapkannya. Namamu...yang selama ini telah aku tepis. Segala tentangmu, telah aku singkirkan. Namun entah... malam ini semuanya kembali mengisi pikiranku. Alunan musik yang pernah aku dengar dari dalam kamarmu. Yang selalu kau putar keras keras, aku dengarkan lagi. Aku ingin sekali menangis untuk kisah yang telah usai ini. Namun tak lagi ada air mata tersisa. Kering dan barang kali aku...
Tiga minggu yang lalu, tepat hari ahad seperti ini ibu saya berkata pada saya. "Nduk, ada kebun bunga krisan bagus di Temanggung, katanya di Jaragan."Tanpa pikir panjang saya langsung antusias dan menyahut: 'yuk buk, kesana.'Pukul setengah tiga sore ibuk bersiap. Sebetulnya ibuk ada rencana pergi belanja untuk kebutuhan warung. Tapi sebelum berbelanja, ibu menyanggupi keinginan saya mengunjungi kebun bunga yang ibu tunjukkan sebelumnya....
Kau tahu apa yang kusuka. Dan aku pun tahu apa yang kau damba. Tapi kita tidak pernah saling mengetahui apa yang ada di hati masing masing. Aku tak bisa bedakan antara tak tahu dan tak mau tahu. Mungkin saja keduanya. Meski kau tahu aku suka sajak sajak, langit senja, hujan, ilalang, dandelion, bunga matahari, kucing dan yang lainnya, kau tak benar benar mengerti...
Secangkir teh panas menemani rehat petang saya kali ini. Siang tadi udara sangat panas dan saya belum tidur dengan nyaman karena menempuh perjalanan 12 jam. Meski saya mendapat dua bangku sekaligus dalam bus, biar bagaimanapun tidur dalam keadaan duduk di kendaraan yang melaju tidaklah nyaman. Jangankan nyaman, memejamkan mata dengan damai saja agak sulit. Namun setiba di Depok bukannya merebahkan diri tuk beristirahat...
Seperti biasa... kau menatapku dengan tatapan itu. Meski aku belum mampu mengenalimu dengan baik dan utuh, aku merasakan ketulusan itu. Kau bilang tak masalah dengan rentang jarak dan segala "jarak" yang membentang memisahkan kita. Meski kenyataannya orang lain berkata, itu adalah masalah. Aku merasa terombang ambing di tengahnya. Aku tak ingin terlalu terbawa arus perasaanku, tapi aku juga mulai menikmati segala rasa ini....
Lampu lampu telah dipadamkan, hanya tersisa lampu tidur yang cahayanya temaram. Sementara playlist soundcloud memutarkan musik berirama lembut dan pelan. Usai menuntaskan pekerjaan, saya memilih untuk merebahkan tubuh. Meski kenyataannya jika tak disudahi, akan ada saja yang mesti dikerjakan. Malam ini terakhir saya bisa berbaring di ranjang ini sebelum mesti berangkat lagi ke perantauan. Perjalanan esok akan cukup panjang dan tidur di perjalanan...
Beberapa hari belakangan ini rasanya nafsu makan saya makin meningkat. Entah apa yang menyebabkan seperti ini. Apakah ini ada campur tangan alam semesta? Tsaahhh… haha maksud saya, mungkin kah karena hawa dingin? Loh apa korelasinya? Ah entahlah. Yang pasti saya makin suka ngemil dan kerap terbayang bayang akan suatu menu makanan. Roti bakar, martabak telor, ayam geprek, risol mayo, rondo kemul, daaannn bakso...
Yang kuinginkan hanyalah hujan. Bukan ingatan akan kenangan yang terjalin dimasa silam. Mengapa hujan dan segala atmosfirnya selalu menyeretku ke dalam arus masa lalu? Bukankah aku telah berjalan sampai sejauh ini? Atau aku saja yang terlalu rentan dan lengah. Maaf wahai hujan. Bukan aku ingin mencelamu. Terimakasih kau mengingatkan bahwa aku pernah ada dalam masa masa itu. Dingin... hawa ini...sungguh aku terkenang akan...
Alloh tidak menjawab semua keinginan manusia. Namun Alloh pasti memberikan apa yang dibutuhkan oleh hambaNya. Apa yang saya lalui saat ini, apa yang saja jalani saat ini adalah apa yang saya butuhkan. Baik untuk kelangsungan hidup saya dan juga proses untuk mematangkan fikir serta memperkuat hati. Saya mudah sekali terbawa perasaan dan hati ini terlalu rapuh. Mudah jatuh dan sulit bahkan enggan untuk...
Ah... musisi favorit saya yang satu ini telah berhasil menuntun saya pada pusaran kenangan masa silam. Kembali pada soundcloud yang begitu akrab di masa kuliah dulu. Ngulik lagu lagu ena dari soundcloud sambil bersantai ria setelah pulang kuliah. Sementara diluar mendung hampir hujan. Playlist Layur...entah kenapa begitu ajaib ketika didengar. Menyatu dengan alami dengan alam. Lebih lebih apa yang saya dengarkan saat ini...
Aku berpijak pada langkah langkah bisuTerselubung rasa piluYang berserak bagi debu di beranda hatimuAdakah hujan telah menyapukuHilang sudah raga bisuYang menanti waktuDikemanakan jiwa nan senduMengalir tiada tentuMencari dan terus mencarimuBerharap segera bertemu ...
Bahwa kenyataannya aku tidak pernah dimiliki atau memiliki tempat ini. Aku hanya ada disini karena memang aku bertakdir disini. Sampai akhirnya aku tak bisa lagi disini untuk waktu yang lama. Kejenuhan akan selalu ada. Meski sebenarnya hati ini selalu tinggal. Namun sekitarku menjadi begitu sinis. Tatapan dan nada bicara menyiratkan sebuah tanya yang begitu sinis. Kenapa kau tak pergi saja dari sini? Adakah...
Hari Ahad, tanggal muda pula. Saat yang tepat untuk sejenak menepi dari rutinitas dan menyegarkan kembali pikiran. Apalagi setelah lelah menatap layar laptop dan hanya berkutat dengan handpone, perlu sejenak meninggalkan itu semua. Aihh… akhirnya keinginan bervakansi ke pantai terlaksana juga. Setiap merasa jenuh, selalu laut yang ada di pikiran. Suara debur ombak, butiran pasir, air laut dan buih buihnya sangat saya rindukan....
Sesekali aku berhenti kemudian menoleh ke belakang. Aku melihat punggung itu dari kejauhan perlahan berjalan menjauh pergi. Sosoknya tenggelam diantara fatamorgana dan silaunya cahaya matahari. Semakin kecil saja apa yang aku lihat sebab ia berjalan menjauh. Terkadang aku ingin terdiam begitu saja melihat punggung itu. Sementara pikiranku dipenuhi kelebatan cerita silam. Bagaimana ia penah tersenyum dan menatapku. Selalu saat aku tanya mengapa, ia...
Mungkin benar aku terlalu mudah puas. Tapi kaum semenjana sepertiku merasa sangat senang ketika awal bulan seperti ini mendapatkan rezeki sekian banyak itu. Yang mungkin bagi kebanyakan orang Jakarta belumlah seberapa. Aku hanya seorang yang asing dari kampung. Yang terbiasa dengan suasana yang tenang. Tempat aku dilahirkan begitu tenang dan hening. Semuanya berjalan begitu damai. Tak seperti Jakarta yang begitu hectic, menuntut serba...