­

17:00

April 25, 2019


Mengapa menit yang tersisa terasa jauh lebih lama jika menantikan hal yang didamba? Menantikan jam 5 sore untuk menyudahi pekerjaan hari ini terasa panjang. Berbeda dengan pagi tadi saat masih asyik menyiapkan sarapan di dapur, tahu tahu jam sudah menunjukkan pukul 8. Ada banyak yang menanti setelah detik pertama ketika jam 8 lewat satu menit. Namun adakah yang menanti setelah detik terahir di 16.59? Mungkin hanya senyap, kerinduan yang tiada habis, dan buku yang saya tinggalkan kemarin malam sebelum beranjak tidur.

Pukul lima sore, saya teringat bahwa pada waktu ini armada bus OBL mulai ditinggalkan satu persatu oleh bus yang hendak berangkat hari itu. Dan di masa yang silam, ada yang terharu melihat lajunya. Melihat seseorang dibawa pergi bersama bus itu. Melaju ke arah timur.

Pukul lima sore... lampu lampu di ruang tengah, ruang yang menjadi gelap karena matahari telah berangsur tenggelam, mulai dinyalakan. Berkumpulah anggota keluarga, membicarakan apa saja.

Pukul lima sore, ada yang masih terjebak macet. Berpeluh sambil terus melajukan sepeda motor, menuju arah pulang.

Pukul lima sore, ada yang bersiap menuai rezeki yang ditabur oleh sang Pemberi.

Pukul lima sore, saya menantikanmu.

Tifanny
Temanggung, 25 April 2019
menit menuju pukul lima sore...

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling