Senyuman Terindah
April 09, 2019Sebuah keputusan yang cukup impulsif. Ia melajukan motornya terus menuju perbatasan kota. Padahal semula ia hanya pamit keluar sebentar pada kakaknya. Ketika jalanan begitu lengang, ia pacu kecepatan laju sepeda motor maticnya hingga 80 km/jam. Ia pacu lagi hingga lewat angka delapan puluh, sampai ujung jaketnya yang lupa ia rapatkan, berkibar deras. Bahkan ia merasa seperti melayang. Perlahan ia mengurangi kecepatan. Seakan otot pipinya berdenyut dan tiba tiba matanya berkedut. Ia tersenyum dan menyadari kenekatannya.
Berbekal ingatan dan plang plang penunjuk jalan, ia tiba di pantai. Ia parkirkan motornya dan berjalan menuju tepi pantai. Ia berpapasan dengan anak anak kecil penduduk setempat. Berlarian bertelanjang kaki sambil bersenda gurau satu sama lain. Maka ia melakukan hal yang sama saat menatap kaki kai kecil mereka menjejak pasir pantai dan meninggalkan cekungan seukuran kaki mereka. Ia melepas sepatu ketsnya dan berlari menuju bibir pantai. Angin yang tak begitu kencang menerpa wajahnya dan rambutnya yang pendek sebahu. Poninya tersingkap. Ia memejamkan mata demi menghayati setiap elemen yang ada di pantai. Aroma laut, angin, pasir yang menggelitik telapak kakinya, serta tentu saja, suara debur ombak dan juga kemersik buih air laut. Lama ia terpejam.
Kemilau keemasan matahari yang telah condong hendak tenggelam terpantul dari laut. Ia teringat akan senyuman yang paling ia rindukan. Paling ia ingat dan bahkan ia bersumpah demi apapun bahwa senyuman itu adalah senyuman paling menawan di dunia. Ia tak perlu membuka majalah yang menampilkan foto seseorang yang dinobatkan sebagai pemilik senyum terindah di dunia. Omong kosong. Senyum yang telah ia tandai, adalah yang paling indah. Adalah senyum ibunya, ketika dua tahun yang lalu sebelum ibunya meninggal karena penyakit yang dideritanya. Dua tahun lalu, ia dan kakaknya mengajak ibunya pergi berlibur ke pantai. Sebuah foto diambil menampakkan senyum ibunya yang teramat indah.
'Aku rindu...' ia bergumam. Sejurus kemudian angin kencang menerpanya.
0 Comments