Ambang

April 23, 2019


Hujan tak turun semalam. Rumput yang kita pijaki kering.
Menghimpun sebuah rasa dari yang telah karam. Mengadakan sesuatu dari yang tiada. Datang dari mana entah

Perlukah menelisik lebih jauh. Sebuah tatap dan senyuman. Ataukah jarak dan temu yang semu.

Kabut masih menyelimut. Dalam kebisuan yang masih enggan beringsut. Meraba dalam gelapnya dan terus menabur tanya. Segala dugaan. Segala asumsi. Membaca semua simbol, gerak, dan laku. Disatukan dan dirajut dengan praduga dalam benak.
Bagaimana bila tersesat jauh. Sampai lupa pada nyata. Ketika terlanjur jatuh, berdebam begitu sakit. Memar. Retak kemudian hancur.

Untuk apa semua ini. Terkadang sunyi tak berarti tenang. Ia juga sebuah belati nan tajam. Merobek, membelah dan mengoyak.

Kemana semua kan bermuara. Terbiarkan mengalir begitu tenang. Namun tetap saja mematikan. Bagai lava yang dimuntahkan ke permukaan bumi. Alirannya meninggalkan jejak kematian.

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling