Yang Seru Tapi Juga Saru
September 03, 2021Baru baru ini saya membaca novel Bilangan Fu dan Dunia Kafka. Saat tulisan ini dibuat, saya sedang mencoba menghabiskan novel Manjali dan Cakrabirawa yang masih berkisah tentang petualangan Yuda, Parang Jati, dan Marja. Dari ketiga novel berlabel dewasa ini saya menemukan kesamaan yakni tak luput dari adegan vulgar. Mhehehe. Saya ingin sedikit berbagi cerita mengenai pengalaman saya membaca novel novel dewasa yang dibumbui hal hal 18 tahun keatas.
Awal saya menjumpai novel dengan adegan semacam itu sewaktu saya masih SMP. Saat itu saya yang sudah mulai bosan dengan novel teenlit, mulai beralih ke novel novel terjemahan. Ingatan saya saat ini agak kacau, saya lupa judul novel ini. Intinya novel ini bercerita tentang sekumpulan remaja yang bertemu di kampus dan membuat sebuah band. Namun diantara beberapa personilnya hanya ada satu yang betul betul berbakat. Kalau tidak salah namanya Rendall dan ia memiliki suara emas. Sedangkan personil lainnya hanya sekadar bermain instrumen tanpa kecakapan. Misalnya saja sang drummer, seorang perempuan bertubuh sintal dengan dada yang berisi. Haha. Ya begitulah pokoknya. Inilah pertama kali saya membaca novel berbau vulgar.
Pengalaman membaca akan memunculkan imajinasi. Menurut saya membaca dan berimajinasi tak semenakutkan saat menonton sebuah adegan. Misalnya dalam film yang disodorkan penampakan visual. Maka saya tidak terlalu terkejut mendapati bab yang sebetulnya belum pantas saya baca waktu itu hihi.
Beranjak remaja saya justru jarang mendapati bacaan serupa karena saya jarang baca buku wkwkwk.
Beberapa tahun belakangan setelah bekerja saya mulai membiasakan untuk membaca lagi. Salah satu novel dewasa yang membuat saya tak nyaman adalah novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan. Banyak adegan tak senonoh karena tokoh utamanya sendiri merupakan seorang pelacur. Dan kisah di dalamnya memuat tentang perjalanan hidup anak dan cucunya. Di dalamnya penuh sekali dengan adegan bercinta yang dinarasikan cukup vulgar dan banal. Saya agak pusing bacanya dan mual hahaha. Namun secara keseluruhan novel ini sangat menarik. Salah satunya adalah latar belakang waktu yang memutar kembali peristiwa sejarah mulai dari masa penjajahan Jepang hingga peristiwa Gestapu yang digambarkan dari sudut pandang rakyat biasa yang cenderung menjadi korban atas peristiwa peristiwa itu.
Novel novel Ahmad Tohari yang selalu membuat saya merasa pulang ke kediaman nenek di desa juga beberapa diantaranya memuat adengan dewasa. Kendati demikian dituturkan dengan cukup santun dan masih ada selubung untuk menyamarkan. Sebut saja Ronggeng Dukuh Paruk dan Bekisar Merah.
Beralih ke Dee Lestari dengan Aroma Karsa, novel yang membuat saya belajar banyak soal peramuan wawangian hehe. Pertemuan Suma dan Jati Wesi perlahan mengantarkan mereka ke hubungan asmara dan mempersatukan mereka di ranjang. Heuuu. Waktu itu saya belum jadi pembaca netral, masih memihak, padahal kan terserah penulisnya dong haha. Saya kurang senang dengan hubungan mereka. Sebab saya pikir Suma terlalu egois dan memilih seorang yang menurutnya mengerti dia hanya karena sama sama punya kemampuan istimewa dalam hal penciuman. Sementara kekasihnya yang selama mereka berpacaran selalu memaklumi tingkah aneh Suma, justru ia campakkan. Hmm. Namun...sekali lagi, diluar itu semua novel ini menjadi salah satu novel terbaik yang pernah saya baca. Menjelajah dunia olfaktori yang dipadu dengan kisah kisah makhluk mitologi Jawa.
Dua buku milik Ayu Utami atau kita sebut saja seri Bilangan Fu, juga hampir mirip dengan Aroma Karsa. Membahas sedikit dunia mitologi Jawa tapi bersinggungan dengan sejarah. Menarik sih saya jadi tertarik untuk kembali belajar sejarah. Sebab saya pikir dulu saat jaman sekolah saya tidak begitu menikmati pelajaran sejarah. Jangankan menikmati, memahami saja saya susah. Bahkan saya sering mengikuti remidial setelah hasil ulangan sejarah dibagikan. Sepertinya ada yang salah dengan metode pengajaran sejarah. Duh jadi melantur nih.
Ya intinya kisah cinta segitiga Yuda, Jati, dan Marja tak lepas dari hal hal mesum. Apalagi Yuda dan Marja ini sepasang kekasih yang sama sama punya nafsu birahi yang tinggi. Kadang Ayu Utami membungkusnya dengan untaian kalimat nan puitis, penuh metafora. Lain waktu ia juga bisa menceritakan begitu detail dengan gaya lugas. Saya agak gemas dengan sosok Marja. Si gadis manja yang punya fantasi seks liar. Saya yang ngefans berat sama Parang Jati, si lelaki sopan, jadi agak ilfeel saat membaca bab dimana akhirnya Jati runtuh juga benteng pertahanannya saat berada di dekat Marja setelah berhari hari bersama tanpa hadirnya Yuda.
Oke bahas apa lagi nih? Oh ya, Haruki Murakami. Dari ketiga novel yang sudah saya baca, tiga tiganya selalu ada yang saru saru. Di novel Dunia Kafka, menceritakan seorang anak lelaki yang sedang pada masa awal balig dan nafsunya masih belum terkendali. Ia tak ragu untuk meminta berhubungan badan dengan orang yang lebih dewasa yang bahkan lebih cocok sebagai ibunya. Dan apakah memang Nona Saeki adalah ibunya yang sedang ia cari cari? Tidak diterangkan secara eksplisit dengan jawaban ya atau tidak. Namun menggantung dan pembaca bisa menyimpulkan sendiri.
Disamping yang saru saru, novel Haruki Murakami turut menyebutkan beberapa literatur atau musik musik yang membuat penasaran. Mulai dari musik klasik hingga band britpop dan lain sebagainya.
Baiklah... Sudah cukup melanturnya. Itu tadi secuplik adegan "nanania" yang cukup membekas di ingatan saya. Sebetulnya tujuan saya menuliskannya adalah untuk meringankan daya tampung otak haha. Karena adegan adegan itu agaknya masih mengendap di benak. Seperti Dumbledore yang berusaha mentransfer potongan memorinya ke dalam Pensieve. Ah tapi sungguh ini bukan hal teramat penting yang bisa jadi petunjuk. Haha. Namun jika kawan menganggap buku buku yang disebutkan jadi referensi bahan bacaan, saya akan merasa senang. Hehe.
Sampai jumpa lagi di lain kesempatan untuk bahas bahas buku lagi ya ^^
2 Comments
Wkwk.. Aku jadi inget, pertama kali baca novel berbau vulgar pun aku pas masih kelas 1 SMP. Novel Terowongan Casablanca yang diadaptasi jadi film horor itu. Waktu itu aku mikirnya itu novel horor tok. Pas dibaca ternyata isinya penuh adegan vulgar dan kata-kata kasar yang belum pernah aku dengar. Ibuku marah waktu tau itu. Aku nggak dibolehin pajang novel itu di rak bukuku, harus diumpetin karena khawatir dibaca adikku 😂
BalasHapusWah pas SMP juga ya wkwkwk. SMP sering jadi masa pertama tau hal hal vulgar.
HapusBtw ibu gmn bisa tau? Bacain juga kah?
Dlu aku pinjem di perpus dan ibu ga pernah ngecek wkwk