­

Ku Kira Kau Rumah

Juni 07, 2018

Ku kira kau rumah. Saat senja menjelang langkahku kian melemah. Kau memintaku tuk singgah disana, di rumah itu. Aku membaringkan tubuh lelahku karena pengembaraan ini. Kau bawakan aku segelas susu dan sepiring roti panggang yang masih hangat. Tempat ini dan caramu menyambutku, ku kira kau kan jadi rumah untukku. Aku merasa aman dan tenang. Ketika malam bangkit, langit berbintang yang terlihat melalui jendela rumah sungguh indah. Baru ku sadari betapa langit itu menawan. Terkadang aku berbaring diatas rumput. Menatap langit sendirian membuatku sesak meski aku tengah berada di alam terbuka. Seolah ruang semesta menyempit dan langit hendak menimpaku. Aku terkurung oleh sepi dan kesendirian. Namun saat ini aku ada bersamamu. Langit dan paras wajahmu. Keduanya indah. Hingga aku bingung, mana yang ingin ku pandang. Aku jatuh dalam pelukmu. Ku dengar degup itu. Kemudian aku sadar, ku telah meraih tujuan. Aku ingin memandang wajahmu selalu. Meski langit berbintang dan bulan sedang purnama, sungguh memang itu sulit tuk ditinggalkan begitu saja tanpa meliriknya sejenak. Namun sedetikpun aku tak mau berpaling darimu.

Ku kira kau rumah bagi jiwa yang tersesat ini. Kau berikan kebahagiaan dan ketenangan. Kau betulkan selimutku dan ambilkan secangkir air untukku saat aku terbatuk. Kau penuh kasih sayang seperti seorang ibu. Dan aku ingin berikan segala yang terbaik yang ku punya. Ku biarkan kau letakkan kepalamu dipangkuanku. Ku belai rambut lurusmu yang hitam. Kau terpejam, aku ingin menjadi seperti ibu. Ku bersihkan wajah berpeluh dan telinga itu. Barang kali ibumu telah lama tak melakukan ini untukmu.

Ku kira kau rumah. Sampai akhirnya aku mulai ragu. Kau senang meninggalkan tempat ini, mulai berjalan ke luar. Mendaki gunung, berlari ke pantai dan lama aku tertinggal disini. Ku bilang aku menyukai tempat ini. Maka kau tak mengajakku pergi. Ku bilang menyukai tempat ini, tapi ketika ada kau.

Kau memintaku singgah, tapi kau tak sungguh. Ku kira kau rumah. Ternyata kau pengelana sama halnya aku dulu. Saat ku mulai terbiasa lagi dengan sepi di rumah ini hingga putus asa serta beranggapan kau telah hilang, kau kembali.

"Pergilah. Pintunya tak terkunci dan biarkan seperti itu selamanya. Jangan tunggu aku. Carilah bahagiamu."

Ku kira kau rumah. Ku kira di tempat ini selamanya ku kan singgah. Namun kini entah. Seolah aku hanya menyewa beberapa saat. Kenyamanan itu....semua berubah. Semua musnah. Aku hilang arah, Suara degup itu tak lagi terdengar untuk menuntunku mencapai tujuanku.

Aku kira kau rumah. Kini aku terlunta lagi.

Sebuah interpretasi dari lagu Ku Kira Kau Rumah milik Amigdala.

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling