Membentangkan Jarak
Juni 28, 2018Kuteringat akan pagi itu. Ritual yang telah kami jaga selama belasan tahun. Aku berniat menjadi sekeras batu dan tak kan ada air mata. Namun saat aku bersimpuh, air mataku meleleh begitu saja. Bulan demi bulan berlalu, kekakuan ini membentangkan jarak dan menghambarkan rasa. Kekecewaannya meradang, sedang aku terlampau dingin. Tangisku, tak dapat lagi aku bendung. Bulir bulir berubah jadi deras.
Selepas peristiwa itu, rupanya kehambaran dan kekakuan masih saja meliputi. Lantas jarak kini benar benar memisahkan. Kurasa ini memang seharusnya begini. Mungkin ini kan memulihkan keadaan. Jeda akan mengembalikan esensi rasa kasih dan sayang. Rasa peduli dan hadirnya kehangatan. Jeda dan jarak kan menciptakan rindu. Rindu kan memantik lagi segala rasa yang telah hilang. Mungkinkah demikian? Aku merasa berbeda dan akan sulit meraih keadaan awal. Jurang pemisah ini terlampau dalam. Hingga aku sulit tuk memperkirakan kedalamannya. Mungkin tak berbatas.
Biarlah aku disini. Dengan segenap perasaan yang selalu berputar dan bercampur di hatiku. Yang pasang dan surut seiring berjalannya waktu. Ku terluka dan kutemukan sendiri bagaimana meredakan perihnya. Ku harus bertahan.
Depok, 28 Juni 2018 | Pagi cerah nan dingin
0 Comments