Makan Siang Bersama Pak Dhe
Agustus 11, 2021Matahari pagi mengiringi langkah kami menuju kediaman pak dhe. Setelah memarkir mobil di halaman Balai Desa Kowangan, bapak, saya, dan suami yang menggendong Bening menyusuri gang sempit bak labirin. Jujur saja, saya selalu lupa arah menuju rumah pak dhe jika sudah memasuki gang ini. Rumah rumah disini sangat berdekatan satu sama lain dan menciptakan labirin. Haha.
Tiba disana ternyata pak dhe sudah menantikan kami. Sebelumnya bapak sudah berpesan bahwa hari Rabu ini kami akan datang berkunjung membawa beberapa ekor ikan Nila dan memasak untuk beliau sekeluarga. Sebelumnya pak dhe memang sudah sering meminta mas datang mampir dan memasak bersama pak dhe. Kebetulan pak dhe yang seorang pensiunan polisi ini juga hobi memasak. Bahkan beliau akan menyempatkan ke pasar memilih sendiri bahan bahan untuk dimasak. Namun, untuk memasak ikan hampir tidak pernah. Bukan tidak doyan, hanya saja budhe maupun pak dhe tidak bisa dan agak enggan mengolahnya.
Sebelum berangkat ke rumah pak dhe, kami membeli ikan nila di daerah Pikatan milik seorang pengusaha ikan yang cukup dikenal oleh masyarakat Temanggung. Kebanyakan pedagang ikan atau pemilik rumah makan yang menyajikan menu ikan selalu mendatangi tempat ini. Pak Teguh, sang pemilik usaha ini, mempunyai beberapa kolam yang dipenuhi dengan berbagai jenis ikan air tawar. Sebagian besar adalah Nila. Kami membeli Nila sebanyak 3 kilo. Satu kilo dengan harga 30.000 kami bisa mendapat 4 ekor nila dengan ukuran yang cukup besar. Selain itu ikan sudah disiangi dan kami bisa langsung mengolahnya.
Menu hari ini adalah gulai ikan dan ikan bakar. Sejujurnya mas belum pernah masak gulai ikan. Namun hari sebelumnya ia sudah mencari resep sebagai panduan. Sayang sekali saya harus tetap siaga dengan ponsel karena harus bekerja. Jadi saya tidak bisa menemaninya. Sebagai ganti, pak dhe menemani mas bahkan menawarkan untuk membantu mengupas bawang dan menyiapkan bumbu dapur. Wahh.
***
Sementara mas memasak saya duduk di ruang tamu yang juga menjadi ruang keluarga. Rumah pak dhe bagian depan tidak terlalu luas. Namun ada beberapa kursi disini yang apabila semua anak cucu pak dhe pulang insyaAllah muat hihi. Perabotan disana tertata rapi. Meja, kursi, rak dan lemari sangat bersih mengkilap tanpa debu. Di dinding terpajang beberapa foto dan sebuah lukisan. Foto foto yang terpajang diantaranya ada foto mbah kakung dan uti. Foto foto anak pak dhe ketika wisuda dan foto anak anaknya berdampingan dengan pasangan masing masing. Saat pertama memasuki ruangan ini tadi, saya disambut oleh lagu lagu Koes Plus. Nuansa vintage nya kental sekali. Saya pun bagai menjelajah waktu dan terlempar ke masa lalu. Masa dimana saya masih kecil dan sering berkunjung ke tetangga. Saya memanggil beliau mbah Kaji. Sampai sekarang bahkan saya tak tahu siapa nama aslinya hihi. Mbah uti mengajak saya berkunjung dan minum teh bersama. Sementara beliau berdua asyik berbincang, saya akan mengagumi set meja kursi kecil yang berada di ruang tamu itu, yang seakan dikhususkan untuk tamu kecil ini. Sesekali kami juga diterima di ruang tengah. Saya ingat ada sebuah televisi tabung nan antik yang cukup besar disana.
Tepat saat waktu makan siang tiba, gulai ikan sudah matang. Disusul dengan ikan bakar dan tempe tahu goreng. Meskipun baru pertama kali memasak gulai ikan, masakan kali ini terbilang sukses. Pak dhe dan budhe bilang masakan mas enak. Terlihat bagaimana pak dhe begitu menikmati hidangan siang itu. Begitu juga dengan budhe yang tak mau melewatkan ikan bakar meski sudah menyantap gulai ikan. Hihi ya tak apa kan memang masakin buat beliau berdua hehe. Saya pun ikut mencicipi. Ah rasanya benar benar nikmat. Tangan mas ini sepertinya ajaib sekali. Hahaha
Bening? Sebelum kami makan ia telah menghabiskan satu bungkus bubur instant. Atas saran dari kakung, saya pergi ke warung dekat rumah pak dhe. Dan betapa memalukannya, saya hampir saja tersesat saat hendak kembali. Hiks😢
***
Setelah makan siang kami bertolak ke Magelang. Cerita ini akan saya lanjutkan di postingan yang berbeda 😉
Hari yang cukup melelahkan. Tapi lumayan menyenangkan. Bening dan Ayah sudah tertidur pulas saat saya menulis cerita ini. keduanya kecapekan hehe.
Sampai jumpa lagi, terimakasih sudah berkunjung
0 Comments