Rekreasi Murah Meriah
Agustus 08, 2021Di suatu hari ahad bulan Oktober 2020, suami mengajak saya pelesir. Muter muter aja katanya. Tanpa tujuan pasti. Saya sih senang senang saja karena sepekan penuh saya bekerja dari rumah. Mas melajukan motor kearah barat, melewati alun alun, dan terus melaju sampai melewati Parakan. Kalau sudah sampai kecamatan Parakan terhitung sudah lumayan jauh. Saya bertanya lagi
Kita mau kemana sih mas?
Jalan aja, ke Kledung.
Sampai di Kledung melewati jembatan besar kami melihat berderet deret warung semi permanen di tepi jalan tepat diseberang makam dan dekat dengan kantor kecamatan Kledung. Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti dan singgah di salah satu warung. Keren sekali pikir kami. Pedagang ini sepertinya warga sekitar. Bermodalkan meja meja kecil, tikar, dan menjajakkan gorengan yang digoreng dadakan, kopi instan, kopi bubuk lokal, mi instant, warung ini tak kalah istimewa dengan cafe cafe yang berjajar pula di seberang jalan. Boleh lah untuk para pengemudi truk ekspedisi yang lelah dan butuh istirahat. Atau kami rakyat ekonomi kelas menengah kebawah hihi. Atau mereka yang lebih suka tempat yang sederhana dan menikmati semangkuk mi instant yang kuahnya akan segera dingin karena diterpa udara Kledung. Yang membuat warung warung ini ramai pengunjung tentu saja karena kami disuguhkan oleh pemandangan alam yang sangat indah, Gunung Sumbing yang gagah dan perkebunan sayur, hingga tembakau nan subur. Pemandangannya gratis. Nongkrong disini tak dipungut pajak, cukup bayar apa yang dipesan.
Waktu itu saya sedang hamil kira kira 32 minggu. Betapa bersemangat waktu itu dan senang sekali. Namun kami berkejaran dengan waktu karena suami harus kerja pukul dua siang. Menjelang siang kami pulang supaya bisa istirahat di rumah sebelum suami kerja.
Memasuki minggu ke 35 alias pekan pekan menuju persalinan, kami kembali mengunjungi warung di Kledung ini. Alasannya sama, melepas penat. Padahal untuk berjalan saja saya sudah agak susah. Namun saya benar benar butuh rekreasi. Hehe.
Perut saya sudah besar sekali dan tubuh melar seakan tak terkendali. Kaki saya bengkak. Namun itu tak mengurangi antusiasme menikmati akhir pekan di kaki Gunung Sumbing. Udara sejuk, angin sepoi sepoi, semangkuk mi instant. Hehe iya saya masih bandel makan mi instant waktu itu. Sesekali.
Setelah Bening lahir kami tidak pernah berkunjung kesana lagi. Sampai pada hari ini, usia Bening tepat enam bulan kami kembali kesana. Usai sarapan, mas suami mengajak kami jalan jalan. Seperti biasanya, saat saya tanya tujuan ia jawab, muter muter aja. Tibalah kami di Kledung. Beberapa warung sudah dipenuhi pengunjung. Namun ada satu yang masih sepi lantaran ibu yang punya warung baru saja tiba. Kami duduk, Bening yang ditengah jalan mulai tertidur, terbangun. Awalnya ia merasa bingung. Seperti biasanya saat kami mengajaknya keluar rumah. Wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi. Selang beberapa saat ia ceria bahkan mengoceh. Mungkinkah Bening merasa familiar dengan tempat itu? Meski banyak kendaraan yang melaju Bening sama sekali tak terganggu. Mungkin selain karena melihat pemandangan ia bisa melihat beragam kendaraan berlalu lalang yang membuatnya begitu gemas hingga menjejak jejakkan kakinya dalam gendongan.
Semangkuk mi double untuk mas suami, secakir kopi, semangkuk mi single buat saya dan sebotol air meneral menemani kami. Rekrekasi kali ini hanya mengeluarkan biaya 23 ribu. Murah meriah dan menyenangkan.
Sebelum pulang kami berniat mampir ke rumah budhe di Kecamatan Bulu tepatnya di dusun Semondo. Kami membawa sekotak roti Gembong coklat sebagai buah tangan. Kami mendapatkan promo beli dua gratis satu karena Roti Gembong baru saja buka cabang di Parakan.
Tiba di semondo kami mendapati rumah budhe sepi. Tak ada yang membuka pintu meski kami telah mengetuk pintu beberapa kali dan uluk salam. Kami memutuskan untuk pulang dan meninggalkan kotak roti Gembong di depan pintu.
Saat tiba dirumah kami mendapat kabar bahwa budhe sekeluarga sedang di luar kota.
Saya sudah bilang sama mas
Kalau ke budhe harus WA dulu.
Ah kaya tamu dari mana aja. Orang cuma mampir.
Mas belum tahu sih, budhe itu sibuk dan punya banyak acara. Hihi harus ada janji. Macam bertemu pejabat. Hehehe.
***
Setelah dipikir warung tepi jalan di Kledung menjadi destinasi favorit kami. Mungkin tempat ini akan selalu menjadi saksi tumbuh kembangnya Bening. Mulai dari masih di kandungan, hingga nanti ia sudah besar. Apakah kelak warung sederhana ini akan tetap ada menanti kami selalu kembali untuk melepas penat dan bercengkrama?
Tifanny Lituhayu
0 Comments