­

Sepenggal Kecerian Di Antara Kuah Sop dan Ikan Goreng

Februari 01, 2019


Sigap dan terampil memilih sayur mayur. Kol, wortel, seledri, daun bawang. Serangkaian sayuran untuk masakan sayur sop ia pilih dengan teliti. Sementara saya hanya berdiri memperhatikan tak jauh darinya sambil membawa tas belanja. Diam diam saya tersenyum. Ketika belanjaan sudah dirasa lengkap, ia membantu saya memasukkan ke dalam kantong belanja. Dengan hati hati kami menyusuri jalan sempit di antara lapak lapak dagangan di dalam pasar kliwon Temanggung. Berbagai macam aroma menguar entah itu dari lantai, meja lapak dagangan, atau dari benda benda yang dijual. Remangnya cahaya membuat saya harus berjalan dengan hati hati supaya tidak tersandung kalau kalau ada sesuatu di bawah sana yang tak sempat tertangkap mata. 

Tiba tiba saja ia mempercepat langkahnya tanpa berhenti menunggui saya. Panik seperti mengejar sesuatu. Saya sampai kewalahan mengimbangi langkahnya. 

"Sudah cukup?"
"Jadi beli ikan?"
"Jadi lah...tau kan tempatnya?"
"Iyah..."

Ia menyalakan mesin sepeda motor dan mengisyaratkan pada saya untuk segera naik. Kami meninggalkan parkiran menuju tempat penjual ikan tawar. Disana, kami bebas memilih jenis ikan apa saja. Harga sudah ditentukan. Pembeli tinggal memesan melalui kasir dan pekerja akan mengambil ikan dari kolam, membersihkan sisik dan organ dalamnya. Kami, tinggal bawa pulang ikan yang sudah bersih dan siap diolah. Tak perlu repot repot lagi. Tempat penjualan ikan ini sudah menjadi langganan beberapa restoran dan rumah makan yang ada di Temanggung. Bisnis yang sangat menjanjikan dan menguntungkan. Ia terlihat sangat antusias saat melihat kolam kolam yang dipenuhi dengan ikan. Begitu pula dengan saya. Saat saya melihat ikan ikan itu berenang, rasanya rileks sekali.
  
"Eh kok dia begitu sih berenangnya?"

Ada seekor ikan mas berenang dengan gaya yang aneh. Ia memiringkan tubuhnya sambil menggerak gerakan ekornya.

"Dia lagi stres..."

"Ikan bisa stres?" tanya saya keheranan

"Ya bisa lah. Apalagi dia desek desekan gitu. Terlalu rame kolamnya. Makanya dia stres"

"Oh gitu..ih tu tu...ada lagi..."

Tanpa berlama lama, pesanan kami satu kilogram ikan sudah selesai. Bergegas kami pulang karena waktu beranjak siang.

Di rumah, saya kembali dibuat kagum olehnya. Usai membersihkan kembali ikan yang tadi kami beli, ia menyiapkan bumbu bumbu dapur untuk dibalurkan ke ikan. Bawang merah, bawang putih, dan ia hanya berhenti ketika....

"Ketumbar yang mana ya?"

"Nih ya, ketumbar itu yang kecil kecil. Warnanya kecoklatan. Kalau merica yang agak besar warnanya putih" terang saya

"Oke..."

Ia mengulek semua bumbu hingga halus dan tak lupa juga ia menambahkan kunyit.

"Ga kebanyakan tuh?" Protes saya


"Engga kok. Santai aja"

Bumbu yang ia buat berwarna kuning cerah. Lantas ia balurkan semua bumbu itu ketubuh ikan yang sudah ia kerat kerat sebelumnya dan diberi perasan lemon.

"Pinter banget sih kamu"
Ia hanya tersenyum menerima pujian dari saya.

"dah ini simpen dulu di kulkas. Kita bikin sayur sop dulu."

Kita...dia mengatakan kita ya..sesungguhnya sedari awal ia yang meracik dan memasak. Saya hanya duduk melihatnya yang sangat luwes, gesit, tapi tetap terlihat gagah. Tak sabar rasanya mencicipi sayur sop yang ia buat. Caranya memotong sayur berbeda dengan yang biasa ibu lakukan.

"Kamu mau bikin apa sih. Kok gitu motongnya?"

"Kaya gini biar tampilannya bagus. Kan kalau di catering catering itu biasanya kaya gini...dah kamu tenang aja"

Saya kembali duduk dan memperhatikannya.

Aroma dari uap kuah sayur sop mulai tercium. Saya sudah tak sabar lagi.

"Cobain deh."

Sesendok kuah ia sodorkan untuk saya cicipi. Luar biasa. Tak sekadar presisi, tapi rasanya benar benar enak. Meyakinkan sekali.

"Sana ikannya ambil dulu habis ini kita goreng ikannya."

Menggoreng ikan. Ini saatnya membuktikan apakah dia memang sudah menguasai rangkaian kegiatan masak memasak. Untuk sayur sop okelah. Tapi menggoreng ikan tentu sangat menantang. Ketakutan akan terkena cipratan atau letupan minyak panas. Lalu bagaimana cara ia menggoreng, akan menguji sepenuhnya. Apakah ia memang sudah terbiasa.

Saya kembali dibuat kagum. Dari caranya memasukkan ikan ke wajan berisi minyak yang telah panas. Terlihat begitu tenang. Ia menguasai beberapa trik. Sehingga ikan yang ia goreng tak mengeluarkan letupan letupan yang membuat ngeri.

Akhirnya semua masakan sudah matang. Bahkan ia telah membuat sambal yang teramat menggugah selera. Ia meletakkan ikan diatas piring dengan hiasan hiasan cantik dari tomat dan cabai.
"Yuk.."

Saya tak akan pernah bisa lupa pengalaman itu. Dia mengajarkan banyak hal pada saya. Saya yakin, di kemudian hari akan ada banyak keceriaan di dapur seperti ini. 

#Day2

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling