Neraka Yang Diciptakan Oleh Mereka

April 02, 2024

 


Sesaat setelah tanpa sadar aku menarik kedua sudut bibirku aku disergap perasaan jijik yang luar biasa. Lelaki asing yang baru saja melintas tiba tiba dengan sepeda motornya dan membuatku terkejut ketika hendak menyebrang jalan, melemparkan senyum konyolnya ke arahku alih alih membunyikan klakson. Sebetulnya mungkin itu cukup baik dan beradab. Hanya saja aku selalu bergidik ngeri ketika ada lelaki asing yang bertingkah aneh. Bagiku ketika aku melangkahkan kakiku keluar rumah, orang orang di luar adalah ancaman bagiku, khususnya para lelaki. Lelaki yang berjalan dari lawan arah. Lelaki dengan sepeda motornya yang melaju perlahan di tepi jalan selalu membuatku paranoid. Lelaki yang duduk di sampingku ketika di bus. Lelaki yang bergerombol di jalan dan tak ada jalan lain yang bisa kulewati selain melewati mereka dengan perasaan takut. 

Mengapa mereka begitu berisik seperti uang logam dalam kantong. Bergemerincing. Namun ketika sendirian mereka seperti pecundang. Namun tetap saja harus diwaspadai karena di antara lelaki lelaki itu ada yang sakit jiwa. Otaknya telah rusak dan tak punya malu. 

Dunia ini teramat mengerikan ketika aku mulai memijakkan kaki di luar rumah. Segala benteng doa coba kurapalkan. Suatu kali aku pernah mengenakan pakaian yang longgar dan tertutup tapi tetap saja kesialan itu datang padaku. Lelaki sakit otak dan tidak bermoral itu telah membuatku sangat muak pada diriku sendiri. Mengapa hari itu aku memakai setelan warna pink? Sejak saat itu aku membenci  baju warna pink khususnya tunik dan kerudung yang aku pakai sore itu.

Belum pudar ingatanku pada kejadian buruk ketika aku berumur 14 tahun. Hal yang sama menimpaku lagi tanpa ada peringatan. Tak mungkin hal semacam ini terjadi dengan peringatan terlebih dahulu. Serangan tiba tiba yang mengacaukan segalanya. Aku benci trotoar jalan yang membisu. Aku benci bahu jalan yang tak memperingatkanku. Aku benci wanita paruh baya yang kabur sendiri tanpa memberi tahuku dan membawaku pergi. Mengapa aku selalu ditinggalkan sendirian? Hingga aku berakhir dengan menyalahkan diri sendiri.

Tak cukup sampai disitu saja. Entah sejak kapan bermula hidupku berangsur redup dan gelap. Aku tersesat. Saat kuraih sebuah tangan yang kiranya hendak menyelamatkanku, lagi lagi aku ditarik jauh dari cahaya. Semakin gelap, semakin pekat. Apa yang aku harapkan adalah sebuah kasih sayang yang selama ini aku cari cari. Berakar dari sebuah tempat yang seharusnya menjadi tempat aman untukku. Namun di tempat inilah untuk pertama kali, aku dicampakkan, dilukai, hingga aku memilih untuk mencari sendiri sosok lelaki yang mungkin saja dapat melindungiku.

Sesungguhnya dunia ini benar benar telah dipenuhi lelaki lelaki sinting dan payah. Kecuali mereka yang aku percaya. Namun tak selamanya aku dapat meminta bantuan dan perlindungannya. Biar bagaimanapun aku harus bertahan sendiri.

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling