Pesan Di Penghujung Pekan

April 20, 2024

 


Perlengkapan mandi yang semula bertumpuk di tepi wastafel kini sudah jauh berkurang. Beberapa koper yang tergeletak di ruang tengah tak lagi terlihat. Begitu pula dengan celoteh mereka yang sepekan kemarin mengisi rumah itu kini menyisakan senyap saja. Rumah kembali lengang. Segala aktivitas di dapur yang mengharuskan ibu menyiapkan kudapan ringan hingga makanan beraneka rupa untuk  sarapan, makan siang atau makan malam dalam jumlah banyak tak lagi ada. Ibu lebih suka duduk di ruang tengah menyandarkan punggung sembari menatap layar ponsel dan hanyut dalam kisah novel online. Ibu hanya menyiapkan makanan seadanya, yakni sup sisa kemarin malam.

Kemarin kakak berserta keluarga singgah ke rumah setelah pulang ke kampung halaman suaminya. Mereka meng endar mengendarai kendaraan pribadi dari Jakarta sampai Banyumas. Menginap beberapa hari sebelum akhirnya kemari. Sekar teramat senang dengan kehadiran sepupu sepupunya. Bermain tanpa kenal waktu. Berlarian kesana kemari dan melewatkan tidur siang.

Hari ini mereka bertolak dari sini ke Yogyakarta mengantar si sulung kembali ke pondok pesantren. Setelah itu melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta. Sebelum berangkat, kakak menghampiriku dan berpesan, bersabar sabarlah pada orang tua katanya. Jika ada masalah, hubungi saja kakak.

Aku tengah menumis sayur pare. Sembari memasukkan gula merah, garam, dan bumbu lain, aku mengangguk dan tersenyum. Tapi tak ada hal yang inginku sampaikan. Hanya.... nyaris saja air mataku mengalir. Perasaan ini entah mengapa terasa berat dan tenggorokan terasa panas, mencekat.

Pikiran melayang. Berbicara pada diri sendiri, ternyata banyak yang mengeluhkan diriku tanpa sepengetahuanku. Mereka muak terhadapku, tanpa ingin tahu hari hari seperti apa yang kulewati, bagaimana perasaanku selama ini. Mereka hanya menyimpulkan dari apa yang terlihat. Mereka tidak salah, mereka bukan cenayang. Namun tidakkah mereka ingin menanyakan itu padaku sebelum memberikan penilaian? Namun sesering apapun mereka mengeluhkan hidup dan keberadaanku, aku tak masalah. Apakah mereka tak sadar, aku juga tak pernah meminta untuk dilahirkan. Apakah cukup bagi orang tua melahirkan anak dan membiarkan tumbuh begitu saja dengan memberi makan, menyekolahkan tanpa pernah hadir secara emosional? Apakah mereka pernah merasa bahwa kehadiran mereka padaku tak seperti hadirnya mereka pada kakak dan adikku? Sepertinya tidak dan mereka tak mau bersusah susah membuang waktu untuk merenungi semua hal itu. Mereka hanya menuntut dan menuntut agar aku mengembalikan investasi mereka karena telah membesarkanku. Tapi nyatanya investasi mereka terhadap si tengah ini, tak ubahnya investasi bodong. 

Lamunanku terhenti. Kakak pamitan untuk bersiap berangkat. Meski ia berpesan untuk mengatakan segala hal yang berhubungan dengan orang tua kami, aku tetap berniat untuk tetap menyimpan semuanya sendiri jika bukan hal yang penting untuk dikabarkan. Ia sudah cukup sibuk dan banyak hal yang harus dipikirkan tentang keluarganya. Rasanya aku tak mungkin mengeluhkan tentang perasaanku terhadap orang tua kami. 

Aku menerawang... Adakah sebuah cerita novel yang mengisahkan tentang seseorang yang biasa saja, tak punya kehidupan istimewa tapi dikelilingi orang orang yang selalu menonjol, mulai dari orang tua, saudara, pasangan hingga anaknya tapi sampai akhir cerita ia tetap menjadi semenjana yang tak punya perubahan cukup signifikan dalam hidupnya? Kurasa itu hanya terjadi di kehidupanku saja...

Sayur pare sudah matang. Namun aku kehilangan selera untuk sarapan dan memilih menundanya. Aku meraih mangkuk bergambar ayam jago dan mengisinya dengan sayur pare yang masih panas mengepulkan uap. Kubawa mangkuk itu dan meletakkannya di meja dapur ibu tanpa berkata apa apa. Hingga petang datang, mangkuk itu masih ada di sana dengan isinya yang masih sama, tak tersentuh. Yang berubah hanya...sayur itu telah dingin dan kurasa esok aku akan melihatnya di tempat makan ayam. 

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling