Memuakkan

April 02, 2024

 


Hidangan di atas piring itu kini telah dingin. Ia menatapnya dengan enggan meski di piring itu terdapat makanan kesukaannya. Tak ada lagi aroma harum menggugah selera yang menguar menggelitik hidung. Lama ia menatap tak juga timbul keinginan untuk menyantapnya. Sebelum ia beranjak, ia meraih piring itu dan mendekatkan ke arahnya. Tepian piring itu begitu dingin. Sejenak ia bertahan dengan memegang tepian piring lalu dengan gerakan perlahan ia dorong menjauh dan bangkit meninggalkan ruang makan.

Sebuah pintu kaca yang memisahkan ruang makan dan halaman belakang rumahnya ia geser. Ia duduk di beranda dan meraih bungkus rokok  dan menjepitnya di antara bibir. Dengan sebuah korek gas berwarna hitam ia nyakalakan rokoknya. Ia hisap dengan tarikan yang cukup dalam lalu ia menghembuskan asapnya sambil menatap langit malam yang begitu cerah.

Bintang gemintang terlihat jelas malam ini. Sungguh pengalaman yang cukup unik ketika kita melihat bintang di langit. Apa yang kita lihat di langit saat ini adalah pemandangan yang terjadi di masa lalu. Entah itu ribuan atau jutaan tahun yang lalu. Bahkan mungkin milyaran tahun yang lalu. Kenyataan ia tengah melihat sesuatu yang purba di langit malam itu mengingatkannya pada makan malamnya yang dingin. Memori masa silam yang menggantung di langit dan rasa enggan untuk menyantap makanannya.

Ia tatap lekat sebuah bintang yang berkerlip riang. Sudahkah ia mati dan menjadi sangat beku? 

Angin malam tiba tiba berembus menerbangkan rambutnya. Ia telah menghabiskan rokoknya dan memeluk dirinya sendiri. Ketika suara jangkrik kian riuh ia beringsut. Pintu kaca itu ia geser dan tutup rapat lalu tirai ia bentangkan.

Sebelum menuju kamarnya ia harus melewati meja makan dan sepiring makan malamnya yang tak tersentuh.

Mengapa kau kini begitu memuakkan? Padahal kemarin kemarin aku masih sangat menikmati makan malamku dengan penuh suka cita. Melihatmu saja sudah membuatku ingin muntah. Kurasa mulai esok tak ada lagi makan malam. Selesai mandi aku akan langsung pergi tidur saja. Aku juga tak ingin melihat langit malam ketika cerah berbintang. Untuk apa aku meromantisasi hal yang telah lampau? Aku bahkan tak yakin jika bintang itu masih berpijar saat ini di waktu yang sama jika saja realitas waktu tak ada batas dan bedanya. 

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling