Dalam Bingkai yang Memburam

April 16, 2018

Kuamati sebuah foto dalam bingkai. Bingkai itu berdebu sehingga gambarnya sedikit memburam. Aku hanya mengamati, sama sekali tak ada keinginan untuk menghalau debu dari padanya. Aku bergumam, aku melempar tanya pada sosok dalam foto itu. Sosok yang menatapku dengan bola matanya yang jernih, sedang kelopak matanya lebar. Meski demikian, sorot matanya tak terlalu tajam seperti mengintimidasi. alih alih mengintimidasi, sorot mata itu teduh, bahkan nampak sedikit sendu.

“hey kau! mengapa hidupmu kini berantakan?”

Tentu saja foto itu bergeming tak mungkin membalas pertanyaanku. Meski kulihat kedua bibir sosok dalam foto itu tak mengatup. Yang mungkin saja sewaktu waktu ada kata meluncur dari sana. Tapi tidak. Kemudian aku merasa kasihan pada sosok dalam foto itu. Gadis kecil berambut hitam legam lagi ikal. Masih diliputi kepolosan, dan yang ada di pikirannya waktu itu adalah bermain dan bermain.

“maafkan aku”

Kata itu melincur begitu saja. Aku merasa bersalah pada gadis itu. Aku merasa, telah menghancurkan segala pahatan indah Sang Maha Kuasa di setiap garis wajah gadis itu, bahkan juga bagian tubuh lainnya. Andai saja foto itu mampu berujar, pastilah dia telah menghakimiku. Mengapa aku tak berlaku lurus, agar semuanya tak ruwet begini.

Ku lihat bingkai lainnya. Masih dengan gadis yang sama. Namun penampilannya sungguh memikat hati. Meski hampir tak pernah menampakan senyum setiap kali kamera mengabadikan wajahnya, ia terlihat cukup menarik. Bibirnya yang mungil merona merah. Kulitnya cerah, kuning langsat. Lagi lagi, sorot mata itu. Teduh…sendu.

Rasanya aku ingin pergi ke tempat itu. Tempat dimana gadis itu tengah duduk dan melihat kearah kamera. Aku ingin bicara padanya. Aku ingin meminta maaf. Tapi mungkin, jika aku mampu bertatap muka dengannya, tubuhku kan berubah jadi debu. Seperti yang sering aku baca dalam kisah kisah fiksi. Bila seseorang melakukan perjalanan waktu ke masa lalu, hal yang harus dihindari adalah, bertemu dengan dirinya di masa lalu dan saling tatap. Jika hal itu terjadi, maka seseorang itu akan lenyap.

Aku memilih lenyap saja agar gadis kecil itu tetap menjadi dirinya seperti itu, dan masa di depannya terhapus. Sehingga ia tak kan menemui keruwetan seperti yang kualami.

Lantas siapa sebenarnya gadis dalam bingkai memburam itu? Benarkah itu aku di masa lalu? 

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling