Napak Tilas Petualangan Rangga dan Cinta di Yogyakarta
Mei 24, 2018Baiklah, saya memang kerap sekali terlambat menyadari sesuatu dan mengagumi sesuatu. Sering kali begitu. Sebab saya memang sangat cuek untuk hal hal yang sedang digandrungi banyak orang seketika itu. Bagi mereka mungkin akan keren terlihat selalu up to date. Tahu dengan segala hal hal yang sedang trend. Tapi biar saja. Setiap orang punya perspektif sendiri mengenai apa keren dan gaul itu. Tapi sungguh saya bukan orang yang selalu mencoba untuk terlihat keren dan gaul. Masa bodoh. Tidak ada yang akan menilai dan melihat perempuan antara seperti saya. yep. Antara ada dan tiada.
Haishh…selalu muter muter sebelum masuk ke inti. Melelahkan ya? Jadi, tolong siapapun yang baca ini (kalau ada sih) jangan tertawa setelah mengetahui pengakuan dari saya ini. Saya, baru saja menonton film AADC 2. Ya, padahal film ini sudah rilis 2 tahun yang lalu. Tentu saya tidak perlu lagi menjelaskan apa itu AADC, siapa pemeran tokohnya, siapa penulis naskah dan produsernya, bukan? Semua orang sudah tahu.
Sebelum film ini dibuat sekuel, film AADC pertama waktu itu rilis pada tahun 2002. Saat itu saya masih SD kelas 2 dan tentu saja yang ada di pikiran saya hanyalah hal hal sederhana seperti yang ada di pikiran anak SD lainnya. Saya tidak tahu film AADC dan saya tidak mengerti kenapa anak SMA itu terlihat kesal, berlari pergi, atau memaki tepat di depan muka temannya. Hmmm. Mba Cinta dan Mas Rangga itu kenapa sih? Waktu itu film AADC benar benar jadi perbincangan hangat. Sangat populer di kalangan remaja. Sampai sampai dulu sewaktu kakak saya menonton pagelaran drama di SMP nya, dia cerita kalau ada yang memarodikan film tersebut. hmm. Intinya saat pertama kali AADC muncul, kisah tersebut berhasil menyedot perhatian masyarakat. Saya ingat sampai dibuat seriesnya. Namun karena waktu itu saya masih SD, saya pun belum mengerti dan belum ada keinginan untuk mengikuti kisah AADC.
Ketika 14 tahun kemudian dimunculkan bagian duanya, tentu mendapat sambutan hangat dari para penggemar AADC 1. Sebelum rilis, semuanya heboh. Iklan Line jadi heboh. Semuanya heboh. Sampai akhirnya film tersebut tayang. Sebetulnya saya juga cukup heran. Setelah belasan tahun, AADC akan muncul lagi bagaimana jadinya ya? Penasaran bagaimana kehidupan geng Cinta setelah 14 tahun? Lantas saya kagum dengan persahabatan antara Cinta, Karmen, Maura, Milly dan Alya. Mereka masih tetap solid hingga dewasa.
Saya ingin mengutarakan kesan dan perasaan saya setelah menonton AADC 2. Tolong jangan tertawa lagi. Saya tahu, saya telat. Heuuu… jadi…saya suka dengan karakter Rangga. Meski dia itu sangat menyebalkan, sinis, dan jalan pikirannya yang selalu membuat Cinta kebingungan, Rangga adalah orang yang cukup unik. Wajar dia seperti itu karena dia menjalani hidup yang cukup keras. Selain kepribadian Rangga yang unik, apa yang menjadi kegemarannya itu sangat mengagumkan. Dia suka membaca, membuat puisi, dan memotret. Sejak dia masih SMA, dia juga tak pernah ragu untuk menjadi pribadi yang berbeda. Menggemari hal hal yang beda dari kebanyakan remaja seusianya. Haa….bagaimana ya, bukankah itu idaman sekali. Eh ya setidaknya untuk saya. haha. Dan jujur saja, ini sulit buat saya untuk membuat garis batas antara Rangga dan Nicholas Saputra si pemeran Rangga. Saya suka dengan dua manusia itu. Entah kenapa saya merasa karakter Rangga sudah melekat pada diri Nico. Meski saya tahu, Nico tidak akan suka jika dianggap begitu. Nico adalah Nico. Tapi saya juga suka dengan apa yang ada pada diri Nico. Sedikit banyak apa yang menjadi kegemaran Rangga, ada pada Nico juga. Misalnya hobi memotret dan berkelana.
Selain Rangga yang mengagumkan, saya juga suka dengan tempat tempat yang disambangi Rangga, Cinta, dan geng Cinta ketika di Jogja. Sudah lama saya ingin bisa melakukan AADC tour. Haha. Sebab memang segala tempat di Jogja itu indah dan sayang untuk dilewatkan. Diantaranya ada Pantai yang dikunjungi geng Cinta, yang menurut informasi pantai tersebut adalah pantai Parangkusumo. Pantai Prangkusumo memang hanya sebuah pantai berpasir hitam. Namun ombaknya sangat eksotis dan anginnya cukup kencang. Selain itu pantai pantai di daerah Parangtritis memang cocok untuk menikmati suasana sore menuju senja, melihat matahari tenggelam.
“Tunggu, tunggu! Ini penting! Bertahun tahun juga, hati saya sakit.”
Yap itu adalah sebuah dialog yang di lontarkan Cinta pada Rangga, saat akhirnya ia bersedia menemui Rangga. Setelah 9 tahun tanpa kabar, Rangga mengajak Cinta bertemu lalu ingin minta maaf dan menjelaskan semuanya.
“Saya tahu yang saya lakukan ke kamu ini ngga adil”
“Ngga adil kamu bilang?
Rangga, yang kamu lakukan ke saya itu, J a h a t ! ! !”
Setelah Cinta mengutarakan semuanya, akhirnya Rangga mencoba jelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada 9 tahun yang lalu saat ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan. Adegan ini seru sekali karena cukup emosional. Jujur saja saya bisa merasakan kekecewaan Cinta. Benar benar menyakitkan semua itu. setelah pergi begitu saja tanpa ada penjelasan, tiba tiba datang lagi. Dia membawa penjelasan yang terdengar seperti sebuah kebohongan besar. Sulit untuk menerima. Namun akhirnya, Cinta berdamai dengan egonya sendiri. Dia sadar sebab ia sudah dewasa dan tidak ingin larut dalam amarah. Dia memilih berdamai pula dengan Rangga dan berteman lagi.
Aihh… tapi, sebaiknya hati hati jika bertemu dengan mantan kekasih. Sadar atau tidak, dia seperti berusaha menjebakmu untuk bernostalgia. Apalagi kalau sudah mengajakmu ke beberapa tempat yang mengagumkan seperti yang dilakukan Rangga. Cuma ingin bercerita tentang kehidupannya saja, dia sampai nyewa mobil dan ngajakin Cinta mendatangi tempat keren. Ya, dari sinilah perjalanan mereka dimulai.
Mereka berdua mengawali petualangan mereka dengan mengunjungi Candi Ratu Boko. Sebetulnya ini bukan sebuah candi melainkan bekas komplek Istana. Tempatnya sangat luas dan terdiri dari beberapa situs. Ada semacam gapura utama, pendopo, sebuah tempat yang konon dulu digunakan untuk pembakaran jenazah, dan ada kolam. Tempat ini sangat istimewa dan indah sekali. Saya ingin sekali kesana tapi belum ada kesempatan. Sampai akhirnya sekarang tiket masuknya sudah cukup mahal. Istana Ratu Boko ini sangat cocok di kunjungi ketika sore hari sampai menjelang maghrib. Sebab tempat ini akan berkali kali lipat lebih indah dengan latar belakang langit senja yang jingga. Betapa saya bisa membayangkan, ratusan tahun yang lalu pasti Ratu juga sangat senang menikmati suasana senja.
Dikarenakan hujan turun, mereka harus beranjak dari Istana Ratu Boko. Hujan akhirnya reda dan ternyata hari sudah petang. Rangga bertanya apa Cinta lapar. Cuma dibalas dengan tatapan dan senyuman. Padahal mungkin di dalam hati sudah teriak: ya menurut loe?! Kali ini mereka berwisata kuliner di daerah Pasar Wonokromo, Pleret, Bantul. Yap apa lagi kalau bukan sate klathak kuliner khas Yogyakarta. Sate ini memang seperti sate pada umumnya, hanya cara penyajiannya yang beda. Jika biasanya sate ditusuk menggunakan tusuk dari bambu, sate klathak ini dagingnya ditusuk menggunakan jeruji. Jerujinya persis sama yang ada di roda sepeda. Sebetulnya ini sangat efektif mengingat jika membakar sate yang ditusuk pakai bambu berisiko patah saat proses pembakaran. Ya karena bambunya tak sengaja terbakar. Selain itu, jeruji bisa dicuci dan dapat dipakai lagi. Saya sendiri belum pernah mengunjungi warung sate pak Bari. Tapi saya pernah mencoba sate klathak di daerah Sleman Yogyakarta. Waktu itu memang rasanya seperti makan sate kambing pada umumnya. Hanya saja memang selain disediakan sambal kecap, ada juga kuah kuning kecoklatan yang mirip dengan kuah tongseng. Kita bisa melepas daging dari tusukan kemudian mencelupkannya ke dalam kuah tersebut. Rasanya? Tentu saja enak, gurih, dan nikmat. Pecahhh!
Usai menikmati sate Klathak, Rangga dan Cinta mengunjungi Papermoon Puppet Theatre. Disana mereka melihat sebuah pertunjukan boneka. Sekadar informasi, Papermoon Puppet Theatre ini digagas dan didirikan oleh pasangan suami istri, Iwan Effendi dan Maria Tri Sulistyani pada taahun 2006. Dalam adegan film AADC 2, pertunjukan yang ditampilkan bertajuk Secangkir Kopi dari Playa. Meski hanya secuplik, saya sangat terkesan dengan pertunjukan tersebut. Seakan saya bisa ikut merasakan atmosfir yang ada, antara romantis dan mengharukan.
Saya bingung deh sama Cinta dan Rangga. Baru ngobrol ngobrol seru, tiba tiba Cinta marah lagi sama Rangga yang nyeletuk tentang tunangannya Cinta. Haduhh padahal pasti cuma bercanda kan? Rangga meminta maaf dan berjanji untuk memberikan hadiah sebagai permintaan maaf.
“yauda..mana hadiahnya?”
“ya masa hadiahnya dikasih di mobil?”
Mereka berdua beranjak dari Jalan Langensuryo Yogyakarta, menuju tempat pilihan Cinta. Mereka meluncur ke daerah Kaliurang, ke sebuah kedai kopi yang bernama Klinik Kopi. Saya pernah melihat liputan Klinik Kopi di televisi. Di kedai tersebut, mereka menyajikan 100% kopi, tanpa ada campuran bahan lain. Mereka hanya ingin mengenalkan kopi dan berbicara soal kopi. Mas Pepeng, sang barista sekaligus pemilik Klinik Kopi, akan berbagi informasi dan dengan senang hati bercerita bagaimana dia mendapat biji kopi yang ada dihadapannya serta proses proses pengolahannya. Setiap pengunjung datang, sudah pasti disuguhi cerita oleh mas Pepeng tentang kopi yang ia seduh. Maka di film AADC ini mas Rangga terlihat agak canggung. Berkali kali saat ia hendak menuju tempat duduk, selalu ditahan oleh mas Pepeng.
“kamu ngerjain saya ya?” kata Rangga pada Cinta saat akhirnya ia berhasil duduk.
Oh ya, keunikan lain dari Klinik Kopi adalah sistem pembayarannya. Disana tidak ada kasir, mereka hanya menyediakan wadah untuk meletakkan uang. Jadi pengunjung bisa memasukkan uang dan mengambil kembalian sendiri dari wadah itu.
Sambil menyeruput kopi, Cinta menagih hadiah yang dijanjikan oleh Rangga. Sepucuk kertas berisi puisi diberikan pada Cinta sebagai hadiah.
“bukanya nanti saja kalau saya sudah ngga ada.”
Sesaat kemudian, Rangga bertanya,
“kamu pernah ke Punthuk Setumbu?”
Cinta mengulang nama tempat itu dengan penasaran. Kemudian Rangga mengajak Cinta untuk ke tempat tersebut.
“tapi ini udah lewat tengah malem…”
Waktu memang telah menunjukkan pukul dua dini hari. Seharian penuh mereka bersama. Padahal rencana awal Cinta hanya akan menemui Rangga sekitar dua jam saja.
Mereka pun menuju ke Magelang, Jawa Tengah tempat Punthuk Setumbu berada. Tempat ini memang mahsyur sekali di kalangan para wisatawan. Punthuk Setumbu adalah sebuah bukit yang terletak dijajaran pegunungan Menoreh. Di ketinggian sekitar 400 meter diatas permukaan laut, Punthuk Setumbu adalah tempat yang cocok untuk menikmati sunrise dengan latar belakang Candi Borobudhur yang diselimuti kabut. Indah sekali. Setelah suasana sudah cukup terang, Cinta dan Rangga kembali turun dari bukit, kemudian masuk ke dalam sebuah bangunan yang mirip seperti ayam, Rumah Doa Buki Rhema. Sebetulnya ini semacam Gereja yang dibentuk untuk menyerupai merpati. Mereka menaiki tangga yang menembus ke… yah semacam rooftop begitu. Mereka bisa melihat hamparan luas pepohonan hijau dari sana.
“ngga nyesel kan begadang?”
Nah itu tadi berbagai tempat yang ada di AADC 2. Impresi saya setelah menonton film tersebut, sudah tentu saya jadi pingin sekali mengunjungi tempat tempat tersebut. Satu lagi yang mungkin hanya tersorot sedikit, adalah Greenhouse Boutique Hotel, sebuah hotel yang sangat ramah lingkungan dan asri sekali. Saya ingin bisa mengambil foto di beberapa titik dalam hotel itu. >.<
![]() |
ada yang gagal move on gara gara diajakin jalan sama mantannya :v |
0 Comments