Yang Datang dan Pergi

Mei 20, 2018


Mungkin tak kan ada penjelasan lagi untuk semua ketidakjelasan ini. Mungkin tak kan ada lagi kata untuk menghalau kebisuan ini. Sebab diantara hal hal yang tidak jelas dan tidak kita tahu, kita bisa mencari jawabannya di dalam hati kita masing masing, setidaknya untuk saat ini. Sedang kata kata, kiranya tak perlu lagi mesti teruntai panjang seperti yang sudah sudah jika hanya berakhir pada prasangka dan penyangkalan. Kata kata yang tertulis tak kan pernah sama dengan apa yang terujar. Setidaknya saat kita saling berujar dan mendengar, meski semua begitu aneh dan sulit diterima, akan ada satu kesimpulan yang bisa kita sepakati. Lagi pula, ujaran terdapat nada, gerak bibir terdapat ekspresi, dan diam mendengar, terpancar sesuatu dari mata. Hal hal itulah yang tak pernah kita dapat saat saling melempar kalimat demi kalimat yang tak bersuara. Itu sebabnya kita tak pernah sepakat. Kita selalu tenggelam dalam asumsi dan perdebatan. Lantas semua berakhir dengan keputusasaan. Sungguh melelahkan.

Sayangnya, tak ada kesempatan untuk kita duduk dan berbicara satu sama lain. Entahlah. Apakah aku harus mengatakan tak ada atau belum ada. Waktu terus bergulir, kucoba biarkan diri kita menjadi pribadi yang berbeda dan dewasa. Kalimat demi kalimat biarkan seperti itu saja. Seolah tanpa makna dan tak ada kedalaman arti. Namun mungkin kita bisa saling menilai. Biarkan untuk sesaat ini kita tenggelam dalam prasangka masing masing. Setidaknya kini aku mencoba untuk meletakkan semuanya ke tempat yang semestinya. Aku tak ingin genggam itu erat erat. Biarkan aku letakkan pada sebuah nampan kecil yang mengapung di danau. Biarkan ia terombang ambing disana. Biar Sang Pemilik Hidup ini yang mengatur apakah nampan itu akan ada ditengah, tepi, atau tenggelam sekalipun kedasar danau.

Satu hal yang sampai saat ini tak pernah aku tahu. Satu hal yang selalu membuatku bertanya tanya. Setelah apa yang terjadi mengapa selalu dirimu? Aku tak mengerti apakah kau adalah jawaban atau ujian. Apakah kau jawaban dari setiap doa yang aku panjatkan kepadaNya? Ataukah kau sebuah ujian dan pertanyaan? Apakah aku telah sepenuhnya melepaskan dan merelakan? Apakah aku bisa berjalan ke depan tanpa terbebani masa lalu? Mungkinkah Dia hendak bertanya padaku, apakah aku telah meletakkan semua perkara tentangmu, atau hanya lari darimu? Tapi aku juga merasa, apakah Dia tengah berkata bahwa baik aku maupun dirimu tak bisa terpisah...

Bodoh. Mungkinkah hatiku saja yang masih tertambat pada masa silam? Telah ku katakan bahwa semua yang ada dalam masa itu adalah kesalahan besar. Kini aku masih terus menyesalinya. Namun pertemuan antara kau dan aku kiranya sudah digariskan. Hanya kita saja yang telah menodai jalan ceritanya.

Bersediakah kau menjelaskan semuanya untukku? Aku berdoa agar Dia melapangkan waktumu salah satunya supaya kita punya waktu untuk berbicara. Lebih dari sekadar apa yang telah kita bicarakan sebelumnya.

Waktu, waktu, dan waktu. Mungkin kita tak tahu kapan. Hingga akhirnya kita ditelan kebisuan dan saling kehilangan sekali lagi. Mungkin kita akan sampai pada waktu dimana kita tak kan lagi dapat berbicara bahkan sekadar berbalas pesan. Kepergian suatu saat nanti mungkin tak akan diikuti kedatangan lagi. Lalu kita benar benar tak saling menunggu.

Begitukah? Aku tidak ingin terlalu dalam memikirkannya. Toh selama ini aku telah mencoba hidup dalam sepi dan menerima kepergianmu yang tanpa penjelasan apa apa. Aku sama sekali tak pernah menghitung kemungkinan kau akan datang kembali. Hanya saja kau yang masih melempar dadu dan membuka peluang. Aku bodoh dalam berhitung. Tapi kali ini aku mampu menghitung. Setidaknya datang dan pergimu telah mencapai jumlah yang membuatku terperangah.

Itukah kau yang bermain matematika, ataukah Dia yang tengah menggariskan takdir?

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling