Sepenggal Kisah Tentang Mereka

Mei 16, 2018

Seminggu yang lalu siswa kelas enam SD baru saja mengikuti ujian. Selepas ujian tidak ada lagi kegiatan belajar di sekolah. Maka dari itu mereka dibebaskan. Sebagian ada yang datang kesekolah dan mungkin yang lainnya lebih senang tinggal di rumah menamatkan game favorit mereka yang sempat harus ditinggalkan karena masa ujian. Inilah saatnya mereka untuk terbebas dari tambahan pelajaran yang selama setahun terakhir ini menyibukan mereka. Agaknya saya terlalu serius dalam membicarakan persiapan ujian anak SD tadi? Percayalah! guru guru SD yang dinaungi oleh sebuah yayasan pendidikan swasta itu mempersiapkan ujian anak didiknya dengan amat serius. Murid murid SD tersebut menghadapi ujian dengan segala persiapan yang sama seriusnya dengan murid setingkat SMA. Mulai dari tambahan pelajaran sepulang sekolah, sampai beberapa tahap try out yang di berikan oleh sekolah. Saya bertanya dan berfikir, apakah ujian SD sekarang ini materinya sulit? Tapi saya punya satu keyakinan, bahwa memang sekolah itu saja yang selalu totalitas dan terus berupaya untuk lebih unggul dari sekolah lain. Sejalan dengan namanya, Pangudi Utami. Kiranya nama itu bukan sekadar nama, tapi juga jadi visi dan misi.

Sudah lama saya kagum dengan murid dan alumni bentukan sekolah swasta tersebut. Berkat keseriusan dan totalitas usaha dari guru dan stafnya, tiap siswa yang didik paling tidak, meski ia terlihat biasa biasa saja, pasti punya bakat yang jadi ciri khasnya. Sepertinya setiap murid distimulus agar bakat yang ada dalam dirinya bisa muncul. Sehingga mereka bisa tahu apa yang akan mereka capai nanti. Mereka bisa mengembangkan bakatnya lebih dini. Tidak hanya soal akademik yang ditekankan. Tapi keterampilan lain juga diajarkan. Setiap hari Kamis semua siswa wajib mengikuti kegiatan pramuka. Semuanya harus mengenakan pakaian pramuka lengkap dengan atributnya. Tak boleh ada satu atributpun yang terlupa. Mereka diajarkan untuk disiplin dan bertanggung jawab. Lalu setiap hari Jumat akan ada muatan lokal kesenian. Mereka selalu disibukkan membuat kerajinan tangan apapun itu. Ah ya...sekolah itu juga punya muatan lokal seni musik. Setiap siswa diajari berbagai alat musik dan tentu saja diajari olah vokal. Tentu saja kegiatan itu adalah untuk merangsang mereka, apakah mereka mempunyai bakat seni sehingga bisa dituangkan lewat karya yang mereka buat.

Selain dua kegiatan wajib yang saya paparkan tadi, sekolah juga memberikan banyak pilihan ekstrakulikuler untuk para murid. Mereka bisa memilih ekskul apa yang mereka sukai. Ada tari tradisional, paduan suara, English Club. Ada juga beberapa ekskul olah raga seperti basket dan bela diri.

Sedikit banyak saya tahu mengenai kegiatan sekolah itu. Bukan, saya bukan salah satu tenaga pengajar atau staffnya. Hanya saja rumah saya berdekatan dengan sekolah dan kebetulan ibu membuka warung di rumah. Dulu sejak warung belum dibuka, saya juga sudah kerap melihat murid murid yang bersekolah disana, dan mengetahui kegiatan disekolah itu. Terlebih saat saya berinteraksi dengan murid murid lewat warung. Kebetulan warung ini hanya buka di jam jam aktif sekolah. Kalau mereka sudah pulang dan suasana sepi, warung pun ditutup. Sehingga kami sedikit banyak hafal kegiatan sehari hari mereka. Pulang jam berapa, ada ekskul apa.
**

Bicara soal murid muridnya saya punya seorang teman yang juga alumni SD Pangudi Utami. Dulu saat masih SD ia tergolong anak yang biasa dan tidak terlalu menonjol. Namun sejak di SMP hingga SMA ia selalu aktif mengikuti kegiatan OSIS. Dia mulai aktif dan terlihat menonjol. Karakternya yang periang dan mudah bergaul menjadikan siapapun tahu siapa dia. Bukan hanya teman saya ini. Tapi beberapa alumni yang kebetulan saya juga kenal, rata rata pasti punya hal yang menonjol. Entah dia pandai bermain musik, menyanyi, aktif dalam kegiatan kepramukaan, osis, menguasai beberapa permainan olah raga, atau tentu  saja, menonjol dalam bidang akademik. Saya kagum dengan mereka. Saya melihat dan merasa, tak ada yang jadi kaum medioker seperti saya. Pasti ada satu keahlian yang jadi karakternya.

Tak melulu soal pengembangan bakat, sekolah itu juga menanamkan nilai nilai moral dan agama dengan cukup baik. Setiap pagi sebelum pelajaran dimulai mereka memberi salam pada guru kemudian dilanjutkan berdoa. Diakhir pelajaran sebelum guru meninggalkan kelas, murid murid serempak mengucapkan salam dan terimakasih. Meski saya tidak begitu tahu, kiranya secara rutin beberapa waktu sekali mereka melaksanakan peribadatan bersama sama. Ada kegiatan kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan.

Atas semua daya dan upaya dari semua pihak, baik guru, staf, pemegang tanggung jawab yayasan, dan tak lepas dari peran orang tua, murid murid disini tumbuh dengan baik dan berkarakter. Anak anaknya menjunjung nilai persatuan dan solidaritas yang tinggi. Selain berakal dan berilmu mereka juga punya rasa simpati  dan empati. Suatu pagi saya mendapati seorang murid kelas enam tetap berangkat ke sekolah meski ia sudah dibebaskan dari kewajiban itu. Kemudian saya bertanya,

+ Ada acara apa, mas?

- tu mba...kita kan nanti mau ada karya wisata ke Jawa Timur, tapi ada temen yang belum bisa bayar iurannya. Makanya kita mau bantu dia. Urunan gitu. 

+ oh gitu...iya ya biar bisa berangkat semua. Seneng bareng.

- Iya mba.

Saya terharu dengan kepedulian dan solidaritas mereka. Saya lihat mereka membentuk beberapa grup dan mencari cara untuk mendapatkan uang. Ada yang berjualan egg roll dan ada juga yang menawarkan jasa pembuatan pembatas buku. Pembatas buku mereka desain sendiri. Saya sangat menghargai usaha mereka dan bagaimana mereka saling bahu membahu mengumpulkan rupiah untuk membantu temannya. Saya terkesan, jadi saya tidak bisa menolak saat mereka menawarkan egg roll. Lagi pula saya penggemar berat egg roll. Lalu saat mereka menunjukkan contoh pembatas buku buatan mereka saya luluh. Tau saja mereka ini kalau saya suka baca. Pasti akan berguna dan saya ingin bantu mereka sedikit. Toh selama ini mereka juga sering jajan di warung. Apa salahnya gantian saya yang jadi pembeli?
***

Demikian tulisan ini saya buat murni karena keinginan saya. Bukannya saya diminta iklan atau apa. Dari sudut pandang saya, dari aspek pendidikan, SD Pangudi Utamu adalah salah satu contoh sekolah yang baik. Memberikan pelayanan pendidikan yang tidak tanggung tanggung. Tidak hanya wajib belajarnya saja tapi juga ikut berperan menemukan dan mengembangkan bakat anak. Selain itu guru guru senantiasa menanamkan nilai nilai Pancasila pada muridnya.

Hasil kreativifitas murid kelas 6

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling