Ngoprek Playlist: Musik Dream Pop Kesukaan

Mei 06, 2018


Aihh rasanya seperti patah hati. Malam ini Polka Wars manggung di acaranya Exposure, Paradaisu ’82. Sayang sekali saya masih belum beruntung untuk bisa datang ke gigs mereka. Di acara itu juga ada Pijar dan Kurosuke. Yang mana keduanya itu saya juga cukup suka, terutama Kurosuke. Saat mendengarkan lagu Kurosuke di album debutnya, saya langsung jatuh cinta. Nah malam ini daripada ngegalau karena gagal nonton Polka Wars, saya ingin cerita tentang beberapa genre, musisi, dan grup band yang belakangan ini lagunya sering saya putar.

Belakangan ini saya sedang menggandrungi musik genre dream pop dan sejenisnya. Bagaimana awalnya, jujur saya lupa. Kalau tak salah itu sekitar setahun yang lalu, saya iseng cari cari grup musik indie pop dari Jepang. Akhirnya saya bertemu dengan Galileo Galilei. Namun sayangnya band itu sudah bubar. Meski demikian saya coba dengarkan setiap albumnya. Saya juga jadi tahu kalau ternyata salah satu lagu mereka dari album Parade yang berjudul Kanseitou diangkat menjadi sebuah film. Nah dari film itu beberapa kali saya juga mendengar backsound yang menyenangkan untuk didengar. Sampai akhirnya sewaktu iseng menjelajah internet, saya bertemu dengan EP bertajuk Solitude, milik Hira. Saya selalu tertarik dengan kata Solitude. Tanpa buang buang waktu saya langsung beralih ke Spotify mencari EP tersebut dan ketemu. Luar biasa, lagu pertama memasuki intronya saja saya sudah dibuat jatuh hati. Ini nih…saya suka, pikir saya waktu itu. sejak saat itulah saya mulai menjelajah lagi lebih jauh tentang musik dream pop.

Namun jika kembali ditelusuri dan diingat, perjalanan saya dalam menikmati musik indie pop sudah cukup lama. Hanya saja belum ngeh dengan genre tersebut. misalnya saja sewaktu mendengarkan album Never Get Better nya Reality Club dan beberapa album mili The Milo, juga dulu pernah dengar band bernama A.F.F.E.N. Setidaknya band band ini berbau pop dan dream pop juga.

Selain dream pop, saya juga menyukai genre surf pop, lo-fi, ambience, psychedelic, dan shoegaze. Nah biar lebih jelas lagi, saya sebutkan beberapa band dan musisi pengusung aliran tersebut yang menjadi favorit saya.

1. Hira
Seperti yang sudah saya singgung tadi, Hira memiliki sebuah EP yang bertajuk Solitude. Dalam EP ini teradapat 4 lagu. Awalnya Hira merupakan sebuah solo project. Namun pada akhirnya, Hira hadir dengan format band lengkap. Waktu awal awal saya tahu soal EP ini, hampir setiap malam saya mendengarkan Solitude sampai jatuh tertidur dengan handsfree yang masih terpasang. Lagu lagunya jika didengar semacam menimbulkan efek sejuk, dingin, dan seperti ada angin berembus di telinga. Cocok didengarkan saat sendiri di kamar lalu diluar sedang turun hujan deras.

2.  Atsea
Nah kalau band yang satu ini mengusung genre dream pop dengan unsur surf pop juga. Namun di album Bleak Tropic, atsea menghadirkan musik instrumental saja. Eits tapi tunggu dulu, tadi siang mereka baru saja merilis single terbaru mereka berjudul Be Found. Nah kali ini beneran ada liriknya. Saya suka dengan Atsea karena musiknya unik dan easy listening.

3. Bedcahmber
Baru baru ini mereka merilis album Geography. Di album ini mereka terdengar sangat dream pop dan asik.

4. Kaveh Kanes
Tidak jauh beda dengan Atsea maupun Bedchamber, musik mereka sama sama enak, ringan, dan mengagumkan. Saya suka dengan album mereka, Capital.

5. Kurosuke
Nah ini dia yang sempat saya bahas tadi. Jadi sebetulnya Kurosuke ini merupakan solo project dari vokalisnya Anomalyst, bang Ario. Saya pikir Kurosuke itu band dari Jepang. Karena namanya juga ke jepang jepangan. Ternyata nama Kurosuke ini diambil dari makanan favorit bang Ario, Kuro susu keju. Haha. Sesimple itu. tapi tunggu sampai kalian dengerin lagunya. Lagunya betu betul beda dari karakter lagunya Anomalyst. Kalau Anomalyst terdengar gahar, Kurosuke lebih santai dan cenderung malas malasan. Eh… hehe. jadi lagu yang ada di album Kurosuke ini adalah hasil dari kegelisahannya bang Ario yang sering kali kena insomnia. Dia sering tuh susah tidur makanya dia arahkan untuk bikin lagu. Bahkan dia iseng jalan jalan jam tiga dini hari dan merekam suasana jalanan Ibukota dijam tersebut. akhirnya terciptalah city soundscape yang ciamik. Setidaknya di awal track kita disambut dengan suasana hiruk pikuk kota tapi sudah terdistorsi dengan efek efek suara yang unik. Coba deh dengerin.

Tidak hanya itu, suara dan lagu di track selanjutnya juga terdengar syahdu sekali. Memang cocok untuk didengarkan saat malam seperti ini. Atau sore sore setelah seharian beraktivitas padat. Memang beberapa tracknya satu sama lain hampir kembar dan kesannya kok gitu gitu aja. Namun saya pribadi menikmatinya dan saya merekomendasikan untuk kalian.

6.  Softblood
Duh saya baru saja kenal softblood. Ternyata lagunya enak juga. Band asal Jatinangor ini musiknya memang pop tapi pop yang males malesan. Haha. Suara vokalnya kaya diseret seret tapi disitu uniknya sih. Beda dan tetap enak didengerin. Pokoknya album debut mereka yang bertajuk Labyrinth adalah album yang fresh.

7.  Peonies
Sejak pertama dengerin lagunya yang berjudul Wednesday dari album Landscape saya langsung mikir, boleh juga nih. Liriknya ngena dan lagunya easy listening. Pokoknya kalau dream pop itu emang bener bener ringan buat dikonsumsi. Ngga bikin eneg. Lalu beberapa bulan yang lalu mereka juga mengeluarkan single baru yang berjudul Thin Holiday. Sebetulnya agak aneh kalau dicerna dari sudut pandang bule. Thin Holiday? Haha tapi mari kita terjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia khususnya istilah istilah jaman now: libur tipis tipis. Bahasa Jawanya, prei tipis tipis. Memang sih lagu ini seperti curhat. Seakan si aku belum bisa move on dari hari liburnya yang hanya sebentar. Padahal dia masih ingin bersantai.

8. Secret Meadow
Kalau boleh dibilang sih, sehabis Hira dengerin Screat Meadow rasanya cukup nyambung. Atmosfirnya yang ditimbulkan saat mendengarkan album mereka sama seperti mendengarkan album Solitude nya Hira. Oh ya album mereka bertajuk Same Old Fear. Lumayan ketahuan kan dari tajuknya saja sudah tergambar gimana suasananya. Masih agak mellow mellow gitu. Cocok lah.

9. Fazerdaze
Yuk beranjak ke mancanegara. Kali ini ada Fazerdaze di playlist selanjutnya. Fazerdaze merupakan sebuah solo project yang dijalankan oleh seorang perempuan asal New Zealand. Pertama kali saya mendengarkan lagunya yang berjudul Lucky Girl. Baru setelah itu saya lahap semua lagunya yang ada di album Morningside. Oh ya…beberapa waktu yang lalu Studiorama Jakarta sempat mengundang Fazerdaze dan acaranya sukses. Coba waktu itu saya bisa datang. Soalnya Studiorama ini juga salah satu pemrakarsanya adalah bang Dega. Iya Xandega Tahajuansya si bassist Polka Wars.

10. The Naked and Famous
Masih di seputaran New Zealand, kali ini ke daerah Auckland. Yak sebetulnya TNAF bukan band beraliran dream pop, lo fi, ambience, apalagi surf pop. Mereka memainkan musik electronic rock. Nah tapi pada bulan Maret 2018 kemarin mereka baru saja merilis album A Still Heart. Album ini merupakan kompilasi lagu lagu dari album mereka sebelumnya yang dikerjakan ulang dengan format striped accoustic. Lagu lagu milik TNAF benar benar dilucuti sampai hanya menyisakan suara vocal dan gitar. Karena memang lagu yang dibawakan sebuah band kerangka utamanya adalah paduan suara vokal dan giar saja, bukan? Sebetulnya ini sangat mengejutkan. Tapi dalam artian yang positif. Selama ini TNAF menghadirkan musik dengan komposisi musik yang sangat dinamis dan cenderung kompleks. Sudah band full set ditambah ada suara synth pula. Kali ini yang tersisa hanya vokalnya Alisa Xayalith dan beberapa instrumen perngiring saja seperti gitar, piano, dan masih ada sedikit unsur synth tapi cenderung lebih lembut. Jadi kesannya seperti musik ambiencoustic seperti yang dimainkan Layur (Febriann Mohammad).

11.   Johnny Goth
Saya nemu anak ini kalau tidak salah dari Spotify saat jelajah cari cari lagu dream pop. Pertama kali mendengarkan lagunya langsung eargasm. Musiknya cenderung melankolis, sederhana, dan lo fi sekali. Saya menduga Johnny Goth ini melakukan semuanya swadaya di rumah. Haha. Meski demikian itulah letak unik dan seninya. Album favorit saya sejauh ini adalah Far Away dengan lagu andalan saya, Feels Like We’re Dying. Entah kenapa setiap dengar lagunya Johnny Goth ini perasaan yang tadinya bergejolak jadi sedikit kalem dan tenang meski masih diliputi aroma aroma melankolis. Saya sampai hampir sebulan lebih mendengarkan album ini tanpa henti. Terutama kalau beranjak tidur. Albumnya Johnny Goth jadi pengantar tidur yang syahdu.

Yak itu beberapa musik yang baru baru ini masuk kekehidupan saya, mengendap dan bertahan hingga sekarang. Kalau dulu jaman awal kuliah suka ngoprek indie folk, sekarang sudah beralih ke dream pop dan kawan kawannya. Sebetulnya masih banyak lagi sih band Indonesia maupun macanegara yang saya suka. Seperti Gizpel, Seahoarse, Low Pink, Seaside, The Mentawais banyak deh pokonya. Lalu dari mancanegara ada Beach House, Beach Fossils, Florist, No Vacation, Swimming Tapes, Vansire (paporit >_<) dan Acid Ghost. Pokonya bagi kalian yang ingin tahu gimana sih musik dream pop, lagu dari band atau soloist yang sudah saya sebutkan di playlist ini rekomended deh. Terutama Hira.

Oh ya ngomongin soal playlist nih, tidak hanya yang bernuansa dream pop. Akhir akhir ini jadi lebih kecanduan dengan musiknya Polka Wars. Awal mula bisa kenal mereka jujur lupa. Saya hanya penasaran saja awalnya, karena nama bandnya unik. Polka Wars. Polka yang kesannya imut imut eh disandingkan dengan kata Wars yang terdengar cukup gahar. Ternyata saat dengerin lagu mereka saya jatuh cinta berat. Musiknya bernuansa rock 90an. Sudah begitu gaya bermusiknya seperti band luar negeri. Penuturan lirik bahasa Inggrisnya seperti local native. Waktu itu saya suka sekali dengan lagu Mokele, Alfonso, dan Lovers. Sempat lama tidak mendengarkan Polka Wars, mereka muncul dengan single Rangkum. Saya takjub karena meraka membawakan lagu berbahasa Indonesia. Ditambah lagi, liriknya puitis dan tidak biasa. Tidak bisa dengan mudah dipahami begitu saja secara sepintas. Maka dari itu saya sangat takjub. Mereka yang sudah terbiasa menulis lirik berbahasa Inggris ternyata tak ada kekauan saat menulis lirik dengan bahasa ibu. Mereka teramat sukses setelah berani keluar dari zona nyaman dan membuat gebrakan baru. kesuksesan mereka ditandani dengan penobatan lagu Rangkum sebagai lagu terbaik sepanjang tahun 2017 oleh majalah Rolling Stone Indonesia. tidak hanya itu, mereka juga masuk nominasi ICA Net 5.0 untuk kategori music video of the year. Akhirnya saya kembali mendengarkan mereka dan justru ngulik lebih jauh.*Yak kapan kapan akan saya ceritakan lagi lebih lengkap di postingan berikutnya soal kekaguman saya pada Polka Wars. hehe

You Might Also Like

0 Comments

BLOG ARCHIVES

TIFANNY'S BOOKSHELF

Harry Potter and the Half-Blood Prince
Angels & Demons
Mati, Bertahun yang Lalu
Le Petit Prince: Pangeran Cilik
Di Kaki Bukit Cibalak
Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Orang-orang Proyek
Guru Aini
86
Ranah 3 Warna
The Da Vinci Code
Animal Farm
Hacker Rp. 1.702
Mata Malam
City of Thieves
Yang Fana Adalah Waktu
Kubah
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
9 Matahari
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982

• T I F A N N Y •

•  T I F A N N Y  •
INFJ-T ・ semenjana ・ penikmat musik & es kopi susu ・ pencinta fotografi ・ pecandu internet ・ escapist traveller ・ sentimental & melankolis ・ suka buku & aroma petrichor ・ hobi journaling